Selama Ramadan di Maroko, nafar menandai dimulainya fajar dengan melodinya. Ia adalah seorang penjaga kota yang mengenakan pakaian tradisional gandora, sandal dan topi.
Dipilih oleh warga kota karena kejujuran dan empatinya, nafar berjalan menyusuri jalan sambil meniup terompet. Ia bertugas untuk membangunkan warga saat sahur.
Tradisi ini, yang menyebar ke seluruh Timur Tengah hingga Maroko, berasal dari abad ketujuh. Saat itu seorang sahabat Nabi Muhammad berkeliling saat fajar menyanyikan doa-doa yang merdu.
Ketika musik nafar menyapu seluruh kota, warga menyambutnya dengan rasa syukur.
Mengamati bulan penanda akhir Ramadan di Afrika Selatan
Akhir Ramadan ditandai dengan munculnya bulan sabit pertama. Meskipun ini dipraktikkan di seluruh dunia, keunikan tradisi ini di Afrika Selatan diilustrasikan oleh maan kykers (bahasa Afrika untuk 'pengamat bulan').
Muslim dari seluruh Afrika Selatan berbondong-bondong ke Cape Town untuk mengamati bulan baru. Namun hanya maan kykers, yang ditunjuk oleh Dewan Peradilan Muslim Afrika Selatan, yang dapat menyatakan penampakan resmi.
Berdiri di sepanjang pantai di Sea Point Promenade, di Three Anchor Bay atau bahkan di atas Signal Hill, mereka akan mengumumkan kepada komunitas Muslim bahwa Idulfitri sudah tiba.
Whipple menambahkan, “Bulan harus terlihat dengan mata telanjang, dan pada malam yang sangat cerah di Cape Town.”
Genderang penanda sahur di Turki
Sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, warga yang berpuasa dibangunkan oleh suara genderang di pagi hari untuk sahur. Meski sudah modern, lebih dari 2.000 penabuh masih berkeliaran di jalan-jalan Turki selama bulan suci.
Penabuh genderang mengenakan kostum tradisional Ottoman, berkeliling dengan davul (gendang berkepala dua Turki). Mereka mengandalkan kemurahan hati penduduk untuk memberi mereka tip (bahşiş). Tidak jarang warga mengundang penabuh untuk bersama-sama sahur.