Nationalgeographic.co.id - Narasi sejarah kita selalu identik dengan penguasa dan peninggalan-peninggalannya yang masih bisa kita kunjungi. Kehebatan mereka yang legendaris, ketika meninggal, kerap didatangi banyak orang di hari ini untuk berziarah, atau bahkan dikuduskan dalam beberapa ritual.
Namun, beberapa tokoh penguasa yang populer dalam historiografi ini tidak pernah ditemukan mayatnya. Padahal, mereka punya peranan besar dalam peradaban manusia, dan beberapa di antaranya justru memiliki peninggalan yang bisa ditemui—bukan makamnya.
Siapa sajakah mereka?
Alexander Agung dari Makedonia
Murid Aristoteles ini menjadi penguasa Makedonia ketika ayahnya, Philip II terbunuh tahun 336 SM. Raja yang baru 20 tahun itu dengan cepatnya mengumpulkan kekuatan dari seluruh Yunani untuk memperluas pengaruhnya, sebagaimana yang dicita-citakan oleh ayahnya.
Selama hidupnya, dia berhasil menaklukkan Kemaharajaan Persia yang selalu jadi musuh bebuyutan peradaban Yunani. Penaklukkan itu disertai dengan banyak peninggalan untuk mengingat kehebatannya, termasuk mendirikan lebih dari satu kota dengan nama Alexandria.
Baca Juga: Riwayat Kedekatan Guru dan Murid: Aristoteles dan Alexander Agung
Baca Juga: Caesarion, Buah Cinta Kaisar Romawi Julius Caesar dengan Cleopatra
Baca Juga: Wanita-Wanita Tangguh dalam Pertarungan Brutal Gladiator Romawi
Raja muda ini kemudian meninggal di tahun 323 SM dengan penyakit misterius di Babilonia. Kemudian, diceritakan dalam riwayat hidupnya, ia dimakamkan di Memphis dan sempat dipindahkan ke Alexandria, Mesir, dengan makam yang mewah. Makamnya disebutkan pernah disambangi dan dibongkar oleh Octavianus (Augustus Caesar) sekitar abad terakhir SM.
Alexandria berada di pesisir utara Mesir. Banyak peristiwa geologis yang menyebabkan sebagian kota itu kini tenggelam di bawah laut atau terbenam di bawah tanah. Beberapa arkeolog bahkan mengadakan ekspedisi untuk mencari makamnya, tetapi hasilnya nihil.
Cleopatra, Firaun Terakhir Mesir
Dia adalah firaun terakhir di Mesir yang secara pandai terus menjaga kerajaannya tidak jatuh di tangan kuasa Romawi. Usahanya menjaga kedaulatan Mesir termasuk bekerja sama dengan Markus Antonius untuk mencegah Augustus Caesar menginvasi. Banyak kisah yang merekam ceritanya mulai naskah, puisi, teater, dan film.
Seperti yang umum diceritakan, Markus Antonius bunuh diri dalam pertempuran melawan Augustus karena kalah. Kematian Markus, menurut versi populer, membuat Cleopatra yang menjadi kekasihnya dirundung kesedihan, walau versi yang masuk akal menganggapnya takut untuk menjadi budak Romawi. Ia akhirnya bunuh diri dengan gigitan ular.
Augustus yang kini telah menjadi Octavianus Caesar memerintahkan agar Cleopatra dikubur dengan Markus Antonius. Para sejarawan dan arkeolog yakin lokasinya berada di Alexandria. Jika lokasi ini benar, akan sama dengan Alexander Agung yang sulit dicari karena sebagian kota telah mengalami peristiwa geologis.
Attila, Raja Bangsa Huns
Bangsa Huns adalah bangsa yang tangguh dari rumpun Asia Tengah yang hidup di Eropa Timur. Attila adalah salah satu pemimpin mereka yang berkuasa dari 440 hingga 453 M. Dia berhasil mengalahkan banyak suku yang mengancam Kekaisaran Romawi dan menjadi ancaman bagi Romawi.
Bangsa yang tinggal di negeri Balkan dari Pegunungan Alpen sampai Laut Kaspia ini memaksa Romawi untuk membayar uang perlindungan berdasarkan perjanjian. Kekaisaran Romawi enggan untuk membayarnya. Sontak, Attila menyerukan pertempuran terhadap Romawi dengan menjarah kota-kotanya yang menjadikannya salah satu faktor penting kejatuhan Romawi.
Attila disebutkan tewas dalam pertempuran melawan Romawi, tetapi sejarawan lebih setuju jika ia tewas di rumahnya. Singkatnya, jenazah Attila dimakamkan di dalam tiga lapis peti mati: besi, perak, dan emas.
Sejarawan masa Gothik bernama Jordanis menulis:
"Mereka mengikat peti matinya, yang pertama dengan emas, yang kedua dengan perak, dan yang ketiga dengan kekuatan besi, menunjukkan dengan cara sedemikian rupa bahwa ketiga hal ini cocok untuk raja yang paling perkasa; besi karena dia menaklukkan bangsa-bangsa, emas dan perak karena dia menerima kehormatan dari kedua kerajaan."
Namun, para pengiring pemakaman Attila dibunuh sehingga tidak diketahui pasti di mana jasadnya dikubur. Para sejarawan yakin, Attila dimakamkan tidak jauh dari tempat tinggalnya di Hongaria.
Genghis Khan, Penguasa Asia
Pada abad ke-12, Genghis Khan berhasil menyatukan suku-suku Mongolia yang bertikai. Persatuan itu membuat bangsa Mongol bisa menguasai hampir seluruh benua Asia. Dia digambarkan sebagia penakluk yang kejam sekaligus cerdas.
Baca Juga: Dianggap Titisan Dewa, Genghis Khan Punya Misi Surga untuk Mendominasi
Baca Juga: Perang Bubat Sebagai Akhir dari Karir Mahapatih Terbesar Majapahit
Baca Juga: Kampung Manjopaiq: Mencari Jejak Sejarah Majapahit di Sulawesi Barat
Ada banyak yang ditinggalkan Genghis Khan di Mongolia, seperti penulisan aksara untuk bahasa rakyatnya, sensus penduduk, dan layanan pengiriman surat. Rakyatnya dibebaskan untuk masuk agama apa saja dan melarang untuk melakukan penyiksaan di dalam kerajaan.
Dia wafat tahun 1227 dengan penyebab yang tidak pasti. Ada yang menyebutkan Genghis Khan mati karena penyakit, terbunuh, luka dalam perburuan atau pertempuran, dan yang paling konyol jatuh dari kuda ketika hendak berkampanye menuju Dinasti Xia.
Mengikuti budaya bangsa Mongol, Genghis Khan berwasiat agar nanti dikubur tanpa ada tanda pengenal. Wasiatnya membuat sulit bagi arkeolog untuk mengungkap di mana makamnya. Akan tetapi, sejarawan menduga jenazahnya dibawa ke Khentii Aimag, tempat ia lahir.
Penyebab pasti kematiannya tetap menjadi misteri dan dikaitkan dengan berbagai penyakit, terbunuh dalam aksi atau luka yang diderita dalam berburu atau pertempuran.[69][70][71] Menurut The Secret History of the Mongols, Genghis Khan jatuh dari kudanya saat berburu dan meninggal karena cedera.
Gajah Mada, Mahapatih Majapahit
Mahapatih adalah posisi dalam struktur Majapahit yang sekarang setara dengan Perdana Mentri. Jabatan inilah yang diemban oleh Gajah Mada selama dua masa penguasa Majapahit bertakhta, yakni Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Hayam Wuruk.
Sebelumnya, ia adalah Patih di Daha (kini Kediri) pada masa Jayanegara dan Tribhuwana. Lalu, ketika menjadi Mahapatih ia mengucapkan Sumpah Palapa yang tercatat dalam Pararaton tahun 1334. Sumpah itu menegaskan agar ia tidak akan menikmati makanan enak sebelum berhasil menaklukkan wilayah Nusantara di bawah Majapahit.
Dia berhasil memberikan pengaruh Majapahit pada beberapa tempat di Nusantara, termasuk Sumatra, Brunei, Sulawesi, dan Maluku.
Tetapi sosoknya yang tidak jauh dari kontroversial membuat pecahnya pertempuran yang melibatkan Majapahit dan Pasundan. Kesalahannya membuat jabatannya sebagai Mahapatih dicopot oleh Hayam Wuruk, tetapi Negarakertagama menyebutkannya menjadi patih di Madakaripura.
Akhir hayat Gajah Mada belum jelas, bahkan Arkeolog Universitas Indonesia Agus Aris Munandar sempat berusaha menjelaskan masa tuanya. Diyakini, Gajah Mada menghabiskan masa hidupnya di Madakaripura dengan bertapa dan meninggal sekitar 1364.
Beberapa situs di Jawa Timur berdiri yang mengeklaim sebagai makam Gajah Mada, tetapi dipertanyakan kebenarannya.