Pengamatan Koin Romawi Ungkap Krisis Ekonomi 2.100 Tahun yang Lalu

By Sysilia Tanhati, Rabu, 13 April 2022 | 12:00 WIB
Untuk membayar hutang perang, pemerintah memperbanyak jumlah koin dengan melakukan devaluasi mata uang. (Butcher et al/Warwick University)

Krisis yang dibawa oleh perang

Dalam karya Cicero, ia mengulas tindakan Marius Gratidianus. Ia adalah seorang politisi dan administrator mereformasi mata uang di tahun 80-an SM. Tindakannya ini mengakhiri krisis keuangan.

Meski berhubungan dekat dengan Gratidianus, Cicero tetap mengkritik politisi tersebut karena mencari ketenaran. Menurutnya, Gratidianus tidak mau mengakui bahwa para pemimpin Romawi telah bekerja sama untuk menyelamatkan sistem keuangan yang terancam.

Seperti banyak bencana keuangan lainnya di abad-abad setelahnya, krisis keuangan Republik Romawi disebabkan oleh biaya perang yang tinggi. Para pemimpin politik telah lama mengandalkan pinjaman untuk mendanai petualangan asing. Akhirnya banyak yang berjuang untuk membayar kembali pinjaman mereka setelah konflik berakhir.

"Pada tahun-tahun setelah 91 SM negara Romawi berada dalam ancaman kebangkrutan," Butcher menjelaskan. Roma berperang dengan sekutu mereka sendiri di Italia, dan pada akhir perang, pada 89 SM, ada krisis utang. Pada tahun 86 SM tampaknya juga terjadi krisis kepercayaan pada mata uang.

Penambahan uang dengan mencampur logam pembuat koin

Krisis yang terakhir disebabkan oleh yang pertama. Para pemimpin di Republik tampaknya berusaha untuk meningkatkan pasokan mata uang. Ini dilakukan dengan mencampurkannya dengan logam lain, sehingga koin dapat dibuat dalam jumlah yang lebih besar.

Langkah ini memungkinkan mereka untuk melunasi hutang perang lebih cepat, karena jumlah uang yang beredar meningkat.

Sayangnya, ini akan memicu inflasi atau kerugian nilai mata uang, yang menghantam penduduk Romawi. Proyek penelitian baru menganalisis berbagai koin Romawi yang diproduksi selama periode ini. Peneliti mendeteksi penurunan progresif dalam kemurniannya selama periode empat tahun dari 91 hingga 87 SM.

"Dari koin perak murni, dinar pertama kali turun menjadi di bawah 95 persen. Lalu kemudian turun lagi menjadi 90 persen, dengan beberapa koin serendah 86 persen. Ini menunjukkan krisis mata uang yang parah," Ponting mengungkapkan.

Seperti yang dikatakan Cicero, politisi dan administrator Romawi berkolaborasi untuk menemukan solusi atas krisis tersebut. Mereka menyadari penurunan nilai mata uang logam mulai menyebabkan lebih banyak masalah alih-alih menjadi jalan keluar. Benar atau salah, Gratidianus menghargai solusi yang akhirnya dipilih—apa pun itu.