Pengepungan Tirus, Jejak Alexander Mengubah Pulau Jadi Semenanjung

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 15 April 2022 | 12:00 WIB
Dua menara penggempur (siege tower) berdiri gagah menghalau serangan Tirus terhadap pekerja pembuat tanggul yang dibuat Alexander. (Giuseppe Rava/Pinterest)

Pasukan Alexander dan sekutu-sekutunya dalam kampanye militer mengepungan Tirus. Jejaknya masih ada sampai sekarang, yang membuat kota pulau kecil itu menjadi semenanjung. (Tom Lovell/Mutual Art)

"Sekalipun Alexander terkenal karena memiliki belas kasihan kepada musuhnya yang kalah, dia hendak membuat Tirus menjadi contoh akibat perlawanan mereka," Butler dan rekan-rekan menjelaskan.

"Adalah hal yang lazim dilakukan saat itu bahwa semua pria dari pihak yang kalah dibunuh, khususnya jika mereka berasal dari ras berbeda. Alexander mungkin saja bisa bersikap lebih baik, tetapi orang Tirus sedniri tidak 'bermain fair'."

Raja Tirus selamat dalam pertempuran ini, dan Alexander memperlakukannya secara terhormat. Sang Raja sempat berencana untuk mengungsikan kaum perempuan dan anak-anak ke Kartago, koloni mereka di Afrika utara. Akan tetapi, upaya ini digagalkan oleh armada laut. Mereka tertangkap dan menjadi budak.

Penggempuran tujuh bulan ini sebenarnya adalah kesempatan emas bagi Persia untuk mengalahkan Makedonia. Persia gagal pada beberapa tahun berikutnya.

Meski demikian, para sejarawan—termasuk Butler dan rekan-rekannya sendiri—tidak begitu paham mengapa Darius III tidak memanfaatkan pengepungan Tirus untuk mengalahkan Alexander. Padahal, Persia memiliki pasukan yang tangguh dan berjuta-juta banyaknya dalam ketika menghadapi Alexander dari Granicus hingga perebutan Babilonia kelak.