Alexander kemudian membangun tanggul baru lebih ke utara dan memperlebarnya. Gabungan kedua tanggul inilah yang kemudian menjadi dataran genting menghubungkan pulau dan daratan utama akibat sedimentasi.
Para pekerja dilindungi mesin-mesin penggempur dan kapal patroli dari sekutu-sekutu Makedonia. Serangan ke Tirus juga dimulai dengan menabrakkan kapal untuk mengetahui seberapa kuat tembok mereka.
Baca Juga: Aristoteles di Yunani dan Nasibnya karena Kedekatan dengan Makedonia
Baca Juga: Seorang Petinggi Mesir Mengklaim Temukan Makam Alexander Agung
Baca Juga: Bucephalus, Kuda Kesayangan Alexander yang Dijadikan Nama Kota
Baca Juga: Riwayat Kedekatan Guru dan Murid: Aristoteles dan Alexander Agung
Baca Juga: Awal Konflik Besar Yunani-Persia: Pertempuran Maraton yang Legendaris
Lalu, musim panas berlangsung. Orang-orang Tirus makin nekat dengan menangkap orang-orang Alexander dan memaerkannya di atas tembok sebelum dibunuh. Menara mereka didirikan lebih tinggi untuk menghancurkan menara penggempur Alexander. Menara itu dilengkapi penombak untuk menghancurkan perisai, jaring, dan pasir untuk melumpuhkan tentara berzirah.
Sekitar Agustus, armada kapal menemukan titik lemah Tirus di sisi selatan. Tembok di sisi selatan dilubangi. Alexander langsung memimpin ke lubang itu bersama beberapa kapal pengangkut infanteri dan berhasil menerobos lubang yang ada. Pasukan Tirus gagal di sini karena tidak punya pasukan yang banyak untuk menghadang.