Nationalgeographic.co.id—Alexander Agung dipercayai oleh ayahnya, Philip II yang kelak akan menjadi penerus takhta Makedonia. Dalam riwayat perjuangannya menaklukan Persia, ia memiliki kuda tunggangan yang begitu di sayanginya.
Bucephalus nama kuda itu. Secara harfiah, namanya diambil dari bahasa Yunani "bous" yang berarti lembu, dan "kephalos" yang berarti kepala. Summer Trentin, sejarawan bidang Yunani kuno di University of Colorado Boulder berpendapat, nama itu mungkin merujuk sifat Bucephalus yang keras kepala.
Awalnya, Bucephalus dibawa ke Makedonia oleh Philoneicus dari Thessaly untuk ditawarkan kepada Philip II pada 346 SM di sebuah arena. Kuda itu begitu liar dan sulit ditaklukkan untuk ditunggangi siapa pun. Philip II geram karena hewan yang ditawari ini sulit dikendalikan dan menyuruh Philoneicus membawanya pergi.
Sontak, Alexander yang saat itu masih muda menahannya dan berkata, "Betapa hebatnya mereka kehilangan kuda karena kekurangna pengetahuan dan keberanian untuk mengendalikannya." Alexander ternyata menantang kuda itu.
Baca Juga: Lima Tokoh Besar dalam Sejarah yang Jenazahnya Tidak Pernah Ditemukan
Baca Juga: Riwayat Kedekatan Guru dan Murid: Aristoteles dan Alexander Agung
Baca Juga: Arkeolog Yunani Mengeklaim Temukan Makam Olympias, Ibu Alexander Agung
Plutarkos, sejarawan dan penulis biografi di masa Yunani dalam catatannya menulis, Philip II yang awalnya tidak menghiraukan kuda itu, langsung terkesima dengan seruan putranya.
Philip II pun bertanya pada Alexander "Apa kamu kira kau lebih pintar dengan mencela mereka yang lebih tua darimu (orang-orang yang berusaha mengendalikan Bucephalus), seolah-olah kamu mampu menjinakkannya daripada mereka?".
"Dan jika kamu tidak bisa, berapa harga yang kamu sanggup bayar untuk sikap kurang ajarmu itu?", kata ayahnya. Alexander hanya menjawab "seharga kuda itu”, jawab anak laki-laki itu. Lantas, orang-orang di arena di Pella--ibu kota Makedonia-- yang ada di sekitar Alexander dan Philip tertawa mendengar keangkuhan itu.
Singkatnya, Alexander langsung mendekati kuda itu dengan tenang. Dia menyadari bahwa kuda itu takut pada bayangannya sendiri, suatu hal yang tidak disadari orang lain.
Source | : | World History |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR