Perang Bawah Tanah yang Penuh Ranjau Menjelang Perang Dunia I

By Galih Pranata, Minggu, 17 April 2022 | 09:14 WIB
Para penggali ranjau di Ypres, Belgia tahun 1914. (The Print Collector/Getty)

Nationalgeographic.co.id—Front Barat pada Perang Dunia I terkenal dengan perang paritnya, dimana pertempuran panjang dan melelahkan terjadi dari posisi galian yang dipisahkan oleh sebuah tanah tak bertuan.

Akan tetapi jenis pertempuran yang kurang dikenal juga berkecamuk di bawah tanah ketika pasukan Sekutu dan Jerman menggali jaringan terowongan rahasia yang luas untuk menanam ranjau peledak di bawah kaki musuh.

Pertempuran yang dikenal dengan Perang Messines pada bulan Juni 1917, dianggap sebagai ledakan tunggal terbesar dari zaman pra-atom, ketika 19 ranjau bawah tanah yang berisi sekitar 1 juta pon bahan peledak tinggi, meletus di bawah garis pertahanan Jerman.

"Itu menewaskan tentara yang tak terhitung jumlahnya dan menghancurkan moral Jerman bahkan sebelum pertempuran sesungguhnya (Perang Dunia I) dimulai," tulis Dave Roos kepada HIstory.

Dave Roos menulisnya dalam sebuah artikel yang berjudul "WWI's Battle of Messines: How Allies Used Massive Explosives and Tunneling to Win". Artikel ini dipublikasi oleh History pada 3 Mei 2021.

Pertempuran Messines adalah salah satu dari lusinan bentrokan antara pasukan Jerman dengan Sekutu di wilayah sekitar kota Ypres di Belgia, dimulai sejak tahun 1914.

Jerman memenangkan keuntungan awal dengan menduduki punggung bukit di sebelah timur Ypres, posisi dataran tinggi yang memberikan pandangan yang jelas tentang pergerakan pasukan musuh.

Pada tahun 1917, pihak Sekutu memiliki rencana ambisius untuk memecahkan kebuntuan di Ypres, dan sebuah rencana besar diusung.

"Yang paling utama dan paling krusial dari rencana itu adalah mengambil bagian dari punggung bukit yang dikuasai Jerman di dekat kota Messines," imbuhnya.

Pada awal 1915, jauh sebelum ada rencana dari pihak sekutu dalam Pertempuran Messines, operasi terowongan sedang berlangsung di bawah Punggung Bukit Messines.

Pasukan Sekutu, yang terdiri dari divisi Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, termasuk "kompi terowongan" yang diawaki tentara terlatih yang direkrut dengan keterampilan menggali mereka.

"Sebagian besar pembuat terowongan adalah penambang batu bara atau penambang emas yang sangat berpengalaman dalam menggali," ungkap Ian McGibbon kepada History.