Nationalgeographic.co.id—Front Barat pada Perang Dunia I terkenal dengan perang paritnya, dimana pertempuran panjang dan melelahkan terjadi dari posisi galian yang dipisahkan oleh sebuah tanah tak bertuan.
Akan tetapi jenis pertempuran yang kurang dikenal juga berkecamuk di bawah tanah ketika pasukan Sekutu dan Jerman menggali jaringan terowongan rahasia yang luas untuk menanam ranjau peledak di bawah kaki musuh.
Pertempuran yang dikenal dengan Perang Messines pada bulan Juni 1917, dianggap sebagai ledakan tunggal terbesar dari zaman pra-atom, ketika 19 ranjau bawah tanah yang berisi sekitar 1 juta pon bahan peledak tinggi, meletus di bawah garis pertahanan Jerman.
"Itu menewaskan tentara yang tak terhitung jumlahnya dan menghancurkan moral Jerman bahkan sebelum pertempuran sesungguhnya (Perang Dunia I) dimulai," tulis Dave Roos kepada HIstory.
Dave Roos menulisnya dalam sebuah artikel yang berjudul "WWI's Battle of Messines: How Allies Used Massive Explosives and Tunneling to Win". Artikel ini dipublikasi oleh History pada 3 Mei 2021.
Pertempuran Messines adalah salah satu dari lusinan bentrokan antara pasukan Jerman dengan Sekutu di wilayah sekitar kota Ypres di Belgia, dimulai sejak tahun 1914.
Jerman memenangkan keuntungan awal dengan menduduki punggung bukit di sebelah timur Ypres, posisi dataran tinggi yang memberikan pandangan yang jelas tentang pergerakan pasukan musuh.
Pada tahun 1917, pihak Sekutu memiliki rencana ambisius untuk memecahkan kebuntuan di Ypres, dan sebuah rencana besar diusung.
"Yang paling utama dan paling krusial dari rencana itu adalah mengambil bagian dari punggung bukit yang dikuasai Jerman di dekat kota Messines," imbuhnya.
Pada awal 1915, jauh sebelum ada rencana dari pihak sekutu dalam Pertempuran Messines, operasi terowongan sedang berlangsung di bawah Punggung Bukit Messines.
Pasukan Sekutu, yang terdiri dari divisi Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, termasuk "kompi terowongan" yang diawaki tentara terlatih yang direkrut dengan keterampilan menggali mereka.
"Sebagian besar pembuat terowongan adalah penambang batu bara atau penambang emas yang sangat berpengalaman dalam menggali," ungkap Ian McGibbon kepada History.
Ide utama dari pasukan sekutu adalah untuk berada di bawah garis lawan, menanam sejumlah ranjau dan meledakkannya. Itu adalah pengalaman yang sangat mengerikan yang mungkin tidak akan pernah terbayangkan pihak Jerman sebelumnya.
Di Messines, Sekutu pertama-tama menggali lubang lebih dekat ke permukaan untuk mengalihkan perhatian dari lubang yang lebih dalam yang sebenarnya ditujukan untuk menahan ranjau.
Dalam terowongan itu, pasukan sekutu: Inggris, Kanada, dan Australia telah berhasil menggali dan mempersenjatai 22 lubang tambang terpisah di bawah Punggung Bukit Messines.
"Masing-masing ranjau dikemas dengan puluhan ribu pon ammonal, kombinasi amonium nitrat dan bubuk aluminium yang sangat eksplosif," sambung Dave Roos.
Pertempuran Messines dimulai pada pukul 03:10 pada tanggal 7 Juni 1917, ketika 19 dari 22 ranjau Sekutu diledakkan di bawah Terowongan Messines.
Baca Juga: Melanggar Konvensi, Maraknya Penggunaan Senjata Kimia Perang Dunia I
Baca Juga: Ratusan Politisi Dibunuh di Jerman Setelah Perang Dunia I, Mengapa?
Baca Juga: Karena Berhasrat Menjajah Kembali, Belanda Dipojokkan Sekutu dan Dunia
Angka korban yang sering dikutip mencapai 10.000 jiwa akibat ledakan saja, tetapi McGibbon percaya bahwa jumlah itu juga mewakili jumlah total kematian pasukan Jerman selama pertempuran tiga hari.
"Seorang perwira artileri Inggris, Ralph Hamilton, menyaksikan ledakan itu dan membandingkannya dengan pertempuran yang terkenal mengerikan di Somme," terusnya.
Pertama, ada guncangan ganda yang mengguncang bumi di sini sejauh 15.000 meter seperti gempa raksasa. Kemudian, seluruh negeri diterangi dengan lampu merah seperti di ruang gelap fotografis.
Laporan surat kabar awal dari London mengeklaim bahwa perdana menteri sendiri terbangun oleh gemuruh ledakan ranjau di Messines, 140 mil dari Downing Street nomor 10.
"Pertempuran Messines secara luas dianggap sebagai salah satu kemenangan Sekutu terbesar dalam Perang Dunia I," tutupnya.