Nationalgeographic.co.id - Selama dua dekade terakhir, para peneliti menemukan underpainting tersembunyi dalam beberapa karya dari Periode Biru Pablo Picasso.
Salah satu penemuan yang terkenal adalah wajah seorang wanita di bawah lukisan The Old Guitarist (1903–1904).
Sebuah pameran baru di Phillips Collection di Washington, D.C. menyoroti tiga lukisan terakhir Picasso selama tahun 1901-1904. Pengamatan ini sebagai bagian dari eksplorasi yang lebih luas dari Periode Biru Picasso. Pada periode itu, sang senimal menggunakan warna-warna sejuk pada karyanya.
“Picasso: Painting the Blue Period” menawarkan wawasan tentang sumber inspirasi, evolusi teknik, dan komposisi tersembunyinya. Bekerja sama dengan Galeri Seni Ontario, pameran ini menampilkan lebih dari 90 lukisan, patung, dan karya Picasso beserta rekan-rekannya.
“Kami ingin orang mengamati Picasso dari sisi lain, salah satunya adalah di awal karir internasionalnya,” ungkap co-kurator Susan Behrends Frank dilansir dari laman The Smithsonian Magazine.
Pameran ini bermaksud untuk menunjukkan pada khalayak betapa kayanya momen awal karier Picasso. Pengunjung diajak untuk berpikir tentang proses kreatif seorang seniman lewat ilmu konservasi.
Para ahli telah lama menduga bahwa karya-karya Periode Biru Picasso memiliki arti yang mendalam. “Ini lebih dari apa yang terlihat oleh mata,” tutur Behrends Frank. Sapuan kuas yang menyimpang pada beberapa kanvas mengarah ke arah yang berlawanan dari komposisi akhir. Di bawah pencahayaan yang tepat, wajah hantu wanita terlihat di sudut kanan atas lukisan The Old Guitarist.
Kemajuan teknologi semakin memungkinkan para peneliti untuk mengungkap detail tersembunyi pada lukisan Picasso. John K. Delaney, seorang ilmuwan pencitraan di Galeri Seni Nasional di D.C., memindai The Blue Room sebanyak empat kali. Alat yang canggih digunakan untuk setiap analisis.
“Setiap pemindaian menghadirkan informasi tambahan tentang bahan dasar dan kejelasan detail dalam potret pria di bawah gambar permukaan,” Behrends Frank menambahkan.
Patricia Favero dari Phillips Collection menjelaskan bahwa “studi teknis mampu menginformasikan penelitian sejarah seni pada tingkat yang baru.”
Menurut Karen Wilkin dari Wall Street Journal, Picasso memasuki Periode Biru setelah menghabiskan masa remajanya dengan melukis pemandangan kehidupan kafe Paris. Sejumlah kanvas pra-Periode Biru ini dipajang bersama karya-karya sezaman Picasso yang lebih tua. Ini termasuk Henri de Toulouse-Lautrec dan Edgar Degas.
"Pada saat itu, Picasso masih remaja dan tampaknya bekerja sembarangan. Alih-alih fokus, ia bekerja dengan gembira," tulis Philip Kennicott dilansir dari laman Washington Post.
Kegembiraan itu berubah menjadi melankolis pada tahun 1901. Saat itu seorang temannya, penyair Spanyol Carles Casagemas, meninggal karena bunuh diri. Seniman berusia 19 tahun itu mulai menggunakan warna biru untuk mengomunikasikan rasa sakit dan kesedihan. Sang seniman melukis untuk mengekspresikan perasaannya. Itu semua tentang kemiskinan, kepedihan, penderitaan, dan kesedihan akan mereka yang meninggal.”
Baca Juga: Inspirasi Mengerikan di Balik Lukisan Terbaik Pablo Picasso
Baca Juga: Mengungkap Kisah di Balik Lukisan Modigliani Tentang Mantan Kekasihnya
Baca Juga: Ada Misteri Pahit dalam Senyum Mona Lisa, Dokter Ini Memecahkannya
Selama Periode Biru, Picasso tampak berkarya dengan visi terowongan, memusatkan seluruh energinya untuk menciptakan. Kekurangan dana, terkadang ia melukis di atas kanvas tua untuk menghemat uang.
"Tapi dia juga tampaknya telah mengembangkan ide dengan sangat cepat sehingga dia langsung melukis begitu mendapat ide," tulis Kennicott.
Bertempat di Phillips Collection, The Blue Room dilukis di atas potret seorang pria tak dikenal. Sementara itu, The Soup awalnya menampilkan toples keramik dan seorang wanita membelakangi penonton.
Crouching Beggar mengaburkan sedikit makanan yang ada di tangan wanita dengan nama yang sama dan pemandangan. Ini mungkin pemandangan dari sebuah taman pribadi di Barcelona.
Pemindaian karya Periode Biru lainnya dapat menghasilkan adegan tersembunyi yang serupa. Seperti yang diungkapkan Favero, “Masih banyak yang bisa dipelajari dari lukisan seniman yang paling sering diteliti ini.”