Nationalgeographic.co.id - Anda dapat menemukan karakter kelinci lucu menjelang Paskah. Pada hari Minggu Paskah, anak-anak akan berlomba mencari telur Paskah yang tersembunyi. Konon, telur-telur ini ditinggalkan oleh kelinci Paskah.
Namun tahukah Anda bagaimana asal muasal kelinci muncul di hari raya ini? Tok Thompson seorang antropolog dan ahli cerita rakyat menelusuri sejarahnya.
Paskah adalah perayaan musim semi dan kehidupan baru. Telur dan bunga adalah simbol kesuburan wanita. Akan tetapi dalam tradisi Eropa, kelinci juga dijadikan simbol kesuburan. “Karena kemampuan reproduksinya yang luar biasa,” ungkap Thompson dilansir dari laman Smithsonian Magazine.
Dalam tradisi Eropa, simbolisme kelinci memiliki peran penting dalam beragam ritual keagamaan. Hewan ini juga mendapatkan penguburan ritual selama zaman Neolitik di Eropa. Ditafsirkan oleh arkeolog, kelinci melambangkan kelahiran kembali.
Lebih dari seribu tahun kemudian, selama zaman Besi, penguburan ritual untuk kelinci menjadi hal yang umum. “Bahkan Julius Caesar menyebutkan bahwa di Inggris kelinci tidak dimakan karena signifikansi keagamaannya,” tambah Thompson.
Caesar kemungkinan besar tahu bahwa dalam tradisi Yunani klasik, kelinci disucikan bagi Afrodit, dewi cinta. Sementara itu, putra Afrodit, Eros, sering digambarkan membawa kelinci sebagai simbol hasrat yang tak terpadamkan.
Dari dunia Yunani hingga Renaisans, kelinci sering muncul sebagai simbol seksualitas dalam sastra dan seni.
Daging kelinci untuk menakuti penyihir
Namun dalam tradisi rakyat Inggris dan Jerman sosok kelinci secara khusus terhubung dengan Paskah. Catatan dari tahun 1600-an di Jerman menggambarkan anak-anak berburu telur Paskah yang disembunyikan oleh kelinci Paskah. Tradisi ini akhirnya diadopsi oleh beberapa negara, termasuk Indonesia.
Catatan tertulis dari Inggris sekitar waktu yang sama juga menyebutkan kelinci Paskah. Namun di Inggris, tradisi ini berupa berburu kelinci dan menyantap dagingnya saat hari raya tersebut.
Salah satu tradisi, yang dikenal sebagai “Hare Pie Scramble,” diadakan di Hallaton, sebuah desa di Leicestershire, Inggris. Penduduk di sana menikmati kue yang dibuat dengan daging kelinci. Mereka saling berebut untuk mendapatkan sepotong kue itu.
Pada tahun 1790, pendeta setempat mencoba menghentikan kebiasaan itu karena dikaitkan dengan paganisme. Namun usahanya tidak berhasil, tradisi itu berlanjut di Hallaton hingga hari ini.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR