Ritual Suci, Peziarah Buddha Bersujud Ribuan Kilometer Menuju Lhasa

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 April 2022 | 08:00 WIB
Peziarah Tibet melakukan perjalanan suci yang menjadi impian mereka. Ribuan kilometer bersujud menempuh Lhasa. (Heping/Unsplash)

Bukan untuk politis, perjalanan suci ini bertujuan untuk harmonisasi batin. Suatu hal yang dapat diperoleh dengan melepaskan harga diri seseorang. Sujud adalah simbol utama dari penyerahan.

     

Baca Juga: Inilah Jejak Tangan dan Kaki Hominin Pleistosen Tengah Asal Tibet

Baca Juga: Virus Kuno 15.000 Tahun Diidentifikasi di Gletser Tibet yang Mencair

Baca Juga: Ahwang, Biksu Paling Penyendiri Sejagad di Kuil Tengah Danau Tibet

Baca Juga: Potala, Istana 'Di Atas Awan' yang Sempat Menjadi Rumah Dalai Lama

    

''Ini adalah cara terbaik untuk melakukan ziarah,'' kata Tserenduba, 41 pada Eckholm. Ia berkemah dengan sembilan pria dan wanita lain di samping jalan raya sekitar 240 km utara Lhasa. Kelompok itu beristirahat setelah 40 hari perjalanan dengan sujud. Tserenduba dan teman-temannya juga dari desa pegunungan yang jauh. Diperkirakan butuh 90 hari lagi untuk mencapai ibu kota dari tempatnya berkemah waktu itu.

''Saat bergerak ke sini, itu menunjukkan dedikasi penuh kita,'' tuturnya. Pada akhirnya, seluruh tubuh peziarah setia itu akan kesakitan. Tetapi mereka akan merasakan kegembiraan yang besar ketika mencapai Lhasa dan berdoa di kuil-kuil.

“Ada pengaturan khusus dalam kelompok Tserenduba,” ungkap Eckholm. Tujuh orang, yang berusia antara 18 hingga 60 tahun, bersujud. Sementara tiga orang menemani mereka, menarik kereta dengan tenda dan perbekalan. Kelompok lain membawa ransel dan sebagian besar hidup dari sedekah untuk bertahan.

Saat kelompok Tserenduba melanjutkan perjalanan ke Lhasa, tujuh orang yang beruntung mengenakan celemek kulit pelindung untuk menyelamatkan lutut. Mereka juga mengenakan sarung tangan tebal untuk melindungi tangan.

Seperti banyak peziarah Tibet lainnya, Tserenduba memiliki pemahaman mendalam tentang agamanya. Dia tahu apa yang dia yakini dan rasakan. Ditanya mengapa dia melakukan perjalanan yang sulit, dia mengangkat bahu dan berkata, ''Kami melakukan ini agar masa depan kami bisa lebih baik.''

Setelah menyelesaikan tugas suci di Lhasa, mereka akan mencari truk untuk menumpang. ''Kita pulang saja,'' katanya.