Tangan Kidal Sempat Dianggap Kejahatan pada Zaman Kuno, Apa Sebabnya?

By Sysilia Tanhati, Senin, 18 April 2022 | 10:00 WIB
Bagi Plato, setiap manusia dilahirkan dengan tangan yang sama. Seseorang berkembang menjadi kidal akibat ‘salah asuhan’. (Kelly Sikkema)

Nationalgeographic.co.id—Jika Anda salah satu dari mereka yang kidal, Anda mungkin pernah merasa frustasi karena beberapa hal. Saat di sekolah, anak yang kidal akan membentur tangan kanan temannya ketika menulis. Bahkan beberapa guru mungkin akan memaksa anak sekolah untuk menggunakan tangan kanannya.  

Sebagai orang dewasa, Anda menemukan bahwa benda-benda yang biasa digunakan dirancang untuk orang yang tidak kidal. Ini menjengkelkan dan tidak nyaman, tetapi kondisinya bisa jauh lebih buruk ketika Anda tinggal di zaman kuno.

Pada zaman kuno, ada kepercayaan bahwa seseorang yang kidal adalah individu yang jahat dan kejam. Ini diperkuat dengan penemuan alat-alat kuno yang pernah digunakan oleh orang kidal beserta sisa-sisa manusia. Penemuan ini menunjukkan dominasi tangan kiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Namun mengapa memiliki tangan kidal dianggap sebagai suatu kejahatan pada zaman kuno?

Semua peradaban besar awal dunia, dari Mesopotamia kuno, Mesir, Yunani, dan Romawi lebih condong dengan penggunaan tangan kanan.

“Tangan kanan para dewa dianggap sebagai penyembuh dan pemurah. Sedangkan tangan kiri mereka digunakan untuk mengutuk atau melukai,” ungkap Ellen Lloyd dilansir dari laman Ancient Origins. Di hampir semua budaya ini, tangan kanan digunakan untuk upacara dan makan. Maka tidak heran jika tangan kanan lebih disukai untuk beraktivitas.

Plato dan Aristoteles, hampir selalu mengaitkan kanan dengan kebaikan dan kiri dengan kejahatan dan kriminalitas. Filsuf besar Plato yakin bahwa anggota badan secara alami memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama.

Para filsuf berbeda dalam pemahaman mereka tentang akar penyebab kidal.

Plato bahkan menyalahkan ibu yang memiliki anak kidal. “Menurutnya, mereka tidak kompeten dan gagal mendidik anak untuk melakukan sesuatu dengan benar,” tambah Lloyd. Bagi Plato, setiap manusia dilahirkan dengan tangan yang sama. Seseorang berkembang menjadi kidal akibat ‘salah asuhan’.

Aristoteles menulis bahwa tangan dominan seseorang adalah manifestasi alami dari jiwa bawaan mereka. Jika mereka pada dasarnya baik, mereka secara alami menggunakan tangan kanan. Tetapi jika mereka terlahir jahat, mereka kidal.

Orang Romawi kuno memiliki kepercayaan yang sama tentang kidal. Menurut beberapa orang, memakai cincin kawin di tangan kiri berasal dari kebiasaan bangsa Romawi. Ini merupakan gagasan untuk menangkal roh jahat yang dikaitkan dengan tangan kiri.

Praktek modern berjabat tangan kanan juga dipercaya berasal dari kebiasaan Romawi. Orang Romawi menyentuh tangan kanan untuk menunjukkan tidak adanya senjata tersembunyi.