Persia dan Romawi Berperang selama 721 Tahun, Siapa Pemenangnya?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 23 April 2022 | 14:00 WIB
Alih-alih kemenangan, Persia dan Romawi sama-sama menderita akibat perang berkepanjangan ini. (Diego Delso/Wikipedia)

 

Nationalgeographic.co.id - Salah satu konflik terlama dalam sejarah adalah antara Romawi dan Persia. Perang antara kerajaan-kerajaan besar ini berlangsung sekitar 721 tahun.

Pada awal Kekaisaran Romawi kuno, konflik hanya bersifat teritorial. Bangsa Romawi kuno menggunakan metode agresif untuk memperluas batas wilayah mereka. Aspek keagamaan belakangan menjadi salah satu penyebab perang antara Persia dan Romawi kuno. “Ini terjadi ketika Wilayah Timur Susunan Kristen menghadapi batas Barat Zoroastrianisme Persia,” tutur Ellen Llyod dilansir dari laman Ancient Pages.

Kekaisaran Romawi kuno membentang dari Suriah ke Inggris. Hanya satu kekuatan yang dapat menantang senjata Romawi dengan kekuatan yang setara. Itu adalah penguasa Persia di negeri yang sekarang terdiri dari Irak. Daerah ini adalah jantung kerajaan Persia yang membentang dari Pakistan modern hingga perbatasan Suriah. Dua dinasti memerintah Kekaisaran Persia, Parthia (238 SM–227) dan kemudian Sassanid (227-651 M).

Persia telah mendirikan ibu kota Ctesiphon 56 km dari situs Baghdad modern. Ketika Persia menjadi kerajaan besar, Romawi dan Persia sering berperang. Bangsa Romawi menyerang Ctesiphon lebih dari dua belas kali. Di abad kedua dan ketiga pasukan Romawi bahkan berhasil menguasai ibu kota Ctesiphon.

Kemenangan Romawi yang bersifat sementara dan merugikan pasukannya sendiri

Invasi yang direncanakan Julius Caesar ke Iran melalui Armenia dipersingkat oleh pembunuhannya pada Ides of March di tahun 44 SM. Mark Antony melaksanakan rencana invasi Caesar pada tahun 36 SM. “Namun itu dilakukan tanpa keterampilan taktis pemimpin militer yang hebat itu,” tambah Lloyd. Kehilangan separuh anak buahnya di pegunungan barat laut Iran, mereka kembali melalui Armenia di musim dingin yang keras.

Kaisar Trajan menginvasi Armenia dan Mesopotamia antara tahun 114 dan 115 dan mencaploknya sebagai provinsi Romawi. Sebelum berlayar ke hilir ke Teluk Persia, ia merebut ibu kota Parthia, Ctesiphon.

Karena terlalu tua untuk berperang, ia kemudian menarik pasukannya dan kembali ke Suriah. Kaisar Trajan meninggal pada tahun 117.

Apakah perang selesai? Sayangnya tidak. Pertarungan berlanjut di antara Persia dan Romawi. Akhirnya, seorang pahlawan Persia muncul menjadi penyelamat. Shapur I, raja kedua dari dinasti Sassanid, memerintah pada 241-272. Ia merebut kembali sebagian besar wilayah yang telah dimenangkan Roma dalam perang sebelumnya. Tidak hanya itu, Shapur pun melakukan penyerangan ke wilayah Romawi.

Shapur juga menangkap Kaisar Romawi Valerian setelah menghancurkan pasukannya pada tahun 260 M. Sedangkan pada tahun 611, Khusro II menembus Bosporus sebelum serangan balik Bizantium mendorongnya dan anak buahnya kembali ke Irak. Negara Sassanid runtuh tidak lama setelah kemenangan Arab pada Pertempuran Qadesiya di Irak pada tahun 637.

 Baca Juga: Kisah Leonidas, 300 Tentara Sparta dan Pertempuran Thermopylae

 Baca Juga: Valerianus, Kaisar Romawi yang Mati dalam Hina oleh Raja Persia

Baca Juga: Awal Konflik Besar Yunani-Persia: Pertempuran Maraton yang Legendaris

Konflik antara kerajaan besar adalah masalah kekuasaan dan kemuliaan. Selama berabad-abad, setiap pemuda Romawi yang ambisius bermimpi memenangkan pertempuran dan kembali ke rumah untuk merayakan kemenangan.

Sebuah kemenangan bukan hanya sekedar parade kemenangan. Jenderal yang sukses akan duduk di kereta kuda melintasi kota Roma. Ia dielu-elukan orang banyak dan ditemani oleh pasukannya. Barang rampasan dan tawanan pun dipamerkan dengan bangga.

Parade yang megah itu merupakan pengakuan resmi oleh Senat Romawi bahwa sang jenderal telah meraih kemenangan besar. Ini juga berarti bahwa ia adalah orang yang patut diperhitungkan. Bagi banyak bangsawan Romawi, prosesi kemenangan mengarah ke Forum, di mana kesuksesan politik dimulai.

Efek yang menghancurkan dari perang ini adalah bahwa kedua kekaisaran lumpuh. Persia terjebak dalam jurang perselisihan dinasti dan perang saudara. Sedangkan Romawi, cadangan keuangan terkuras habis untuk membiayai perang. Ini menyebabkan krisis ekonomi yang berlangsung selama berabad-abad.

Jadi, pihak mana yang memenangkan pertempuran? Tidak ada, sebenarnya. Pemenang konflik antara Romawi dan Persia adalah orang Arab. Dalam beberapa tahun, kedua kerajaan yang dulunya besar itu dilanda serangan gencar bangsa Arab. Bangsa itu mengambil keuntungan dari energi yang terbuang sia-sia untuk konflik tersebut.

Jarang dalam sejarah konflik manusia memiliki perseteruan seperti itu, di mana perang berlangsung begitu lama namun hanya sedikit pencapaian.