Nationalgeographic.co.id - Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa koin itu bulat? Jawabannya dapat ditemukan dalam catatan sejarah. Ada alasan mengapa nenek moyang kita memutuskan untuk memproduksi koin bulat. “Itu adalah cara terbaik untuk mencegah penipuan,” ungkap A. Sutherland dilansir dari laman Ancient Pages.
Sebagian besar koin kuno berbentuk bulat, meski tidak semua. Misalnya koin Tiongkok kuno terdiri dari beragam bentuk. Di Jepang orang menggunakan koin persegi panjang serta koin bulat dengan lubang di tengahnya.
Koin pertama
4.500 tahun yang lalu batangan perak merupakan uang pertama di dunia. Alat pembayaran ini pertama kali digunakan di Mesopotamia. Diyakini batangan perak ini dapat memperlancar kemajuan perdagangan.
Kapan dan di mana koin pertama ditemukan masih menjadi bahan perdebatan. Namun koin pertama yang digunakan sebagai metode pembayaran muncul sekitar abad ke-6 atau ke-5 SM.
Menurut sejarawan Yunani Herotodus, koin sebagai alat pembayaran pertama diproduksi di Lydia. Ini adalah sebuah kerajaan Zaman Besi di Turki barat modern. Aristoteles di sisi lain mengeklaim bahwa koin pertama dicetak oleh Demodike dari Kyrme, istri Raja Midas dari Frigia.
Apa yang sejarawan ketahui adalah bahwa orang Lydia membuat koin mereka dari campuran emas dan perak alami yang disebut elektrum. Koin ini berbentuk oval dan memiliki desain di satu sisi saja. Sisi lain ditandai dengan pukulan sederhana.
Orang Yunani kuno mengadopsi metode Lydia dan memperbaikinya dengan membuat koin yang hampir seluruhnya berbentuk koin bulat. “Teknologi ini menyebar ke seluruh dunia kuno,” ungkap Sutherland.
Koin sebagai alat propaganda para pemimpin Romawi
Bangsa Romawi kuno dengan cepat menemukan semua manfaat dari koin bulat. Untuk satu hal, koin tersebut dapat digunakan sebagai alat propaganda yang efisien. Penduduk di pinggiran Roma tidak selalu mendapat informasi yang baik tentang perubahan politik di Kekaisaran Romawi.
Sebagian besar penduduk Kekaisaran mungkin buta huruf atau tidak mengerti bahasa Latin. Jadi citra koin sering kali menyampaikan pesan dengan sangat sederhana. Awalnya diyakini bahwa penduduk Kekaisaran Romawi memiliki tingkat literasi bahasa Latin yang rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa banyak penduduk tidak berbicara bahasa Latin sebagai bahasa pertama mereka.
Baca Juga: Gobog dan Kepeng yang Populer Jauh Sebelum Berlakunya Rupiah