Zaman Jurasic, Gurun Sahara Jadi Tempat Paling Berbahaya di Bumi

By Galih Pranata, Senin, 25 April 2022 | 14:00 WIB
Seekor abelisaurus, dinosaurus pemangsa, beristirahat sementara beberapa pterosaurus memperebutkan sisa-sisa bangkai. (Davide Bonadonna/CNN)

Nationalgeographic.co.id—Gurun Sahara di era modern merupakan bagian yang gersang di muka bumi. Namun, sejarah mencatat hal yang berbeda, dimana gurun tersebut menyimpan kesan ngeri di zaman prasejarah.

Sebuah tinjauan dari bukti fosil berusia 100 tahun mengungkapkan bahwa 100 juta tahun yang lalu sebagian Gurun Sahara bisa dibilang tempat paling berbahaya di planet ini.

Hal itu dibuktikan dengan konsentrasi dinosaurus pemangsa besar yang tak tertandingi di ekosistem darat modern yang sebanding.

Analisis fosil dari apa yang disebut lapisan Kem Kem —formasi batuan di Maroko tenggara, dekat perbatasan Aljazair, berasal dari periode Cretaceous— menunjukkan keberadaan dinosaurus karnivora skala besar, reptil predator terbang, di area tersebut.

"Terdapat predator mirip buaya, semuanya hidup bersama di tempat yang sama pada waktu yang sama, merupakan ekosistem sungai yang penuh dengan ikan yang sangat besar," tulis Francesca Giuliani-Hoffman.

Giuliani-Hoffman menulis kepada CNN dalam artikelnya yang berjudul This was the most dangerous place in our planet's history yang dipublikasi pada 1 Mei 2020.

"Makhluk yang ditemukan di situs arkeologi Kem Kem menjelajahi Bumi sekitar 95 juta tahun sebelum manusia purba muncul di planet ini," lanjutnya.

Fosil dari era Jura di Sahara. (Mike Hettwer/Boston.com)

Nizar Ibrahim, seorang ahli paleontologi, menyebut kepada CNN bahwa, "jika Anda memiliki mesin waktu dan dapat melakukan perjalanan ke tempat ini, Anda mungkin tidak akan bertahan lama."

Ekosistem purba Kem Kem adalah tempat yang benar-benar misterius, secara ekologis, karena biasanya dalam sebuah ekosistem akan menghadirkan lebih banyak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) daripada pemangsa (karnivora).

"Di Kem Kem, pemangsa itu sendiri akan datang dalam berbagai ukuran, dengan satu pemangsa yang lebih besar yang merupakan pemangsa dominan di ekosistem tersebut," sebut Nizar.

Temuan arkeologis Kem Kem menunjukkan bahwa jumlah fosil predator melebihi jumlah dinosaurus pemakan tumbuhan.

Beberapa predator di sana hidup bersama dengan dinosaurus pemakan tumbuhan, seperti Carcharodontosaurus, Spinosaurus, Abelisaur, dan Deltadromeus, berukuran sebesar Tyrannosaurus rex.

     

Baca Juga: Ditemukan: Kaki Dinosaurus yang Terkoyak Akibat Bencana Asteroid

Baca Juga: Inilah Fosil Bunga dari Zaman Jurasic yang Mengguncang Teori Evolusi

Baca Juga: Analisis Baru, Spinosaurus Menyelam dan Memburu Mangsanya di Bawah Air

 Baca Juga: Penemuan Pterosaurus Jurassic Baru, Menghuni Benua Kuno Gondwana

     

"Tidak mungkin predator besar di Kem Kem saling memakan. Yang lebih realistis, mereka memakan ikan yang melimpah dan berukuran sangat besar yang ada di daerah itu —ikan seperti coelacanth (seukuran mobil) dan ikan hiu todak yang panjangnya bisa mencapai 25 kaki," terusnya.

Menurut ahli paleontologi lainnya, Matthew Lamanna, menyebut bahwa dalam ekosistem Sahara, predatornya secara umum memiliki kemiripan dengan T-Rex namun dengan ciri agak berbeda.

"Seperti halnya Carcharodontosaurus, pemakan daging yang menyerupai Tyrannosaurus rex dalam bentuk dan ukuran, tetapi dengan kepala proporsional lebih sempit, lengan agak lebih panjang, dan tiga jari (bukan dua) di masing-masing tangannya," terang Lamanna kepada CNN.

Menurut Lamanna, ada juga Deltadromeus, yang hanya diketahui dari kerangka yang tidak lengkap, mungkin juga berukuran sama dengan T-rex dan dengan keganasan yang sama.

Ekosistem yang penuh dengan para predator pemangsa menjadikan Sahara di zaman Jurasic menjadi tempat paling berbahaya sepanjang sejarah perkembangan bumi.