Mengapa Bangsa Romawi Kerap Memiliki Kaisar yang Gila dan Sesat?

By Sysilia Tanhati, Senin, 25 April 2022 | 13:00 WIB
Alih-alih mengutuknya sebagai seorang tiran, orang-orang meratapi Caesar sebagai seorang martir. ( Vincenzo Camuccini)

Ada ‘kaisar baik" dan ‘kaisar jahat’, namun sebagian besar kaisar melakukan hal-hal yang dianggap absurb.

Kaisar yang buruk biasanya masih muda. “Mereka adalah bayi-bayi dana perwalian yang manja, tidak berprestasi, dan menuntut orang untuk menyembah mereka,” ungkap Leslie Livingstone dilansir dari laman The Geographical Cure.

Kaisar yang baik menahan diri dan menolak kehormatan ilahi. Mereka khawatir tentang administrasi, keadilan, dan kesejahteraan Romawi. Juga soal perluasan dan perlindungan wilayah Romawi. Kaisar seperti ini biasanya akan didewakan setelah mereka meninggal.

Mengapa ada begitu banyak cerita sadis tentang kaisar Romawi? Salah satu alasannya adalah bahwa Romawi adalah tempat yang penuh kekerasan. Pembunuhan, persekongkolan, racun, fitnah, pemerkosaan, dan persekongkolan adalah hal yang biasa terjadi sehari-hari.

Bangsa Romawi yang haus darah menyukai permainan gladiator, perburuan binatang, dan eksekusi di depan umum. “Maka tidak heran jika kekerasan adalah hiburan di masa Romawi Kuno,” tambah Livingstone.

Alasan lain untuk cerita aneh tentang kaisar Romawi yang beredar di zaman modern adalah bahwa sejarawan Romawi sering bias. Sejarawan mendistorsi kebenaran atau tidak benar-benar tahu apa yang benar. Ini karena mereka tidak menulis tentang peristiwa kontemporer.

Sejarawan Romawi lebih mirip dengan tokoh sastra. Mereka ingin memasukkan ‘kisah tentang kegilaan’ itu ke dalam sejarah. Apa yang sering berlalu sebagai sejarah kuno adalah seni retoris, desas-desus yang diperkuat, atau bahkan distorsi besar.

Karya-karya sejarawan juga bermotif politik. Orang yang memenangkan posisi kaisar-lah yang menulis sejarah. Jadi untuk melegitimasi dinasti mereka, sejarawan memfitnah dinasti sebelumnya, biasanya dengan kisah-kisah kejahatan seksual yang keji.

Romawi juga memiliki budaya penghapusan sejarah. Jika seorang kaisar tidak populer atau jahat — seperti Nero, Caligula, Domitian, atau Commodus — dia ‘dihapus’ atau dikecam. Senat akan mengeluarkan Damnatio Memoriae, yang mengutuk ingatan seseorang.

Jika seorang kaisar dikutuk, senat akan menghancurkan semua gambar kaisar. Patung-patung dihancurkan atau kepalanya dicopot atau diukir ulang. Nama-nama dihapus dari teks dan prasasti. Koin ditarik atau wajah dicoret.

Bahkan hukum seorang kaisar dapat dibatalkan. Tidak peduli seberapa hebat seorang kaisar, dia tidak dapat bertahan hidup di Roma Kuno sendirian. Sejarah menunjukkan bahwa tiga konstituen lain membantu menentukan keberhasilan seorang kaisar. Itu adalah senat, pengawal praetorian, dan militer. Jika mereka kehilangan salah satu cabang itu, kedudukan kaisar jadi goyah.

Kaisar Romawi memiliki tingkat kelangsungan hidup yang buruk. Hanya sekitar 30% meninggal karena penyebab alami. Semua orang lainnya meninggal karena pembunuhan, peperangan, atau ‘bunuh diri’ yang dipaksakan. Sekitar 30% hingga 40% kaisar dibunuh, paling sering oleh tentara mereka sendiri atau Praetorian Guard.