Festival Darah Lupercalia dan Legenda Si Kembar Romulus dan Remus

By Agnes Angelros Nevio, Senin, 25 April 2022 | 15:00 WIB
Lupercalia. ()

Nationalgeographic.co.id—Lupercalia adalah festival pagan kuno yang diadakan setiap tahun di Roma pada 15 Februari. Meskipun Hari Valentine berkaitan dengan seorang nama santo Kristen yang mati syahid, beberapa sejarawan percaya bahwa perayaan itu sebenarnya merupakan bagian dari Lupercalia. Tidak seperti Hari Valentine, Lupercalia adalah perayaan berdarah, penuh kekerasan, pengorbanan hewan, dan perjodohan acak. Harapannya, bisa menangkal roh jahat dan kemandulan.

Lupercalia dan Legenda Romulus dan Remus

Tidak ada yang tahu persis asal-usul Lupercalia. Namun, sejauh penelusuran kembali barangkali bermula sekitar abad ke-6 SM.

Menurut legenda Romawi, Raja Amulius kuno memerintahkan Romulus dan Remus—keponakan kembarnya yang juga pendiri Roma—dilemparkan ke Sungai Tiber. Keduanya ditenggelamkan sebagai pembalasan atas sumpah selibat ibu mereka yang dilanggar.

Namun, seorang pelayan mengasihani mereka. Pelayan itu menempatkan mereka di dalam keranjang di sungai sebagai gantinya. Dewa sungai membawa keranjang dan kedua anak itu ke hilir ke pohon ara liar tempat keduanya tersangkut cabang-cabangnya. Anak-anak itu kemudian diselamatkan dan dirawat oleh serigala betina di dasar Bukit Palatine tempat Roma didirikan.

Si kembar kemudian diadopsi oleh seorang gembala dan istrinya dan mempelajari pekerjaan ayah mereka. Setelah membunuh paman yang memerintahkan pembunuhan keduanya, si kembar menemukan gua serigala betina yang mengasuh mereka dan menamakannya Lupercal.

Diperkirakan nama Lupercalia diberikan untuk menghormati serigala betina sekaligus menyenangkan dewa kesuburan Romawi Lupercus.

Ritual Pengorbanan

Lupercalia berlangsung di beberapa tempat: gua Lupercal, di Bukit Palatine dan di dalam ruang terbuka Romawi, tempat pertemuan umum yang disebut Comitium. Festival dimulai di gua Lupercal dengan mengorbankan satu atau lebih kambing jantan —representasi seksualitas—dan seekor anjing.

Pengorbanan dilakukan oleh Luperci, sekelompok imam Romawi. Setelah itu, dahi dua Luperci yang telanjang diolesi darah hewan menggunakan pisau kurban yang berdarah. Darah kemudian di lap dengan sepotong wol yang direndam susu dan diiringi tawa Luperci.

Pesta Lupercal

Di Roma Kuno, pesta dimulai setelah ritual pengorbanan. Ketika pesta Lupercal selesai, Luperci memotong potongan kulit kambing kurban. Potongan kulit ini juga disebut tali kulit atau februa.

Mereka berlari telanjang atau nyaris telanjang di sekitar Palantine. Pada saat yang sama mereka mencambuk wanita mana pun yang dijumpainya dengan tali.

Selama Lupercalia, para pria secara acak memilih nama wanita dari toples untuk disandingkan dengan mereka selama festival. Seringkali, pasangan itu tetap bersama sampai festival tahun berikutnya. Banyak yang jatuh cinta dan menikah.

Baca Juga: Mengapa Bangsa Romawi Kerap Memiliki Kaisar yang Gila dan Sesat?

 Baca Juga: Cato Muda, Musuh Abadi Caesar, Pemimpin Romawi Jujur di Era Korup

 Baca Juga: Koin Romawi: Alat Pembayaran dan Propaganda Pemerintah Romawi

 Baca Juga: Persia dan Romawi Berperang selama 721 Tahun, Siapa Pemenangnya?

   

Seiring waktu, ketelanjangan selama Lupercalia pada akhirnya kehilangan popularitas. Festival tetap berlangsung, namun wanita dicambuk oleh pria berpakaian lengkap.

Dalam Plutarch's Life of Julius Caesar, Caesar terkenal menolak mahkota emas yang diberikan kepadanya oleh Mark Antony selama pesta Lupercalia.

Asal Usul Hari Valentine

Berkat reputasi Santo Valentine sebagai "pelindung para pecinta", ia menjadi identik dengan percintaan. Pada akhir abad ke-5 M, Paus Gelasius I menghapuskan perayaan pagan Lupercalia dan menyatakan 14 Februari sebagai hari untuk merayakan kemartiran Santo Valentine. Meskipun demikian, sangat tidak mungkin baginya untuk memperingati hari itu tanpa cinta dan gairah. Bahkan, beberapa sarjana Alkitab modern memperingatkan orang Kristen untuk tidak merayakan Hari Valentine sama sekali karena dianggap didasarkan pada ritual pagan.

Memang benar, Hari Valentine menggunakan beberapa simbol Lupercalia, sengaja atau tidak, seperti warna merah yang mewakili pengorbanan darah selama Lupercalia. Mereka juga menggunakan warna putih yang menandakan susu sebagai simbol untuk membersihkan darah dan mewakili kehidupan baru.

Seperti banyak tradisi kuno, ada kekaburan seputar asal-usul dan ritual Lupercalia dan bagaimana tradisi ini memengaruhi Hari Valentine. Lupercalia tidak lagi menjadi perayaan publik karena alasan yang jelas. Akan tetapi, beberapa orang non-Kristen masih mengakui peristiwa kuno pada tanggal 14 Februari (bukan Hari Valentine) dan merayakannya secara pribadi.