Nationalgeographic.co.id—Ketika Cato masih kecil, orang bisa melihat dia tumbuh menjadi pribadi yang berbeda dengan orang di sekelilingnya. Sejak kecil ia sangat keras kepala dan tidak bisa menoleransi ketidakadilan.
Dia baru berusia 13 tahun saat mempertanyakan metode keras jenderal Romawi dan diktator Lucius Cornelius Sulla. Juga pelanggaran hukum dan peraturan yang dilakukannya. Suatu ketika dia menyadari bagaimana Sulla pada tahun 82 SM merebut kekuasaan dengan paksa dan menyatakan dirinya diktator. Cato Muda bertanya kepada gurunya mengapa belum ada yang membunuh jenderal Romawi yang brutal itu.
Menurut filsuf dan penulis biografi Yunani, Plutarch, Cato Muda berbisik kepada gurunya Sarpedon: "Mengapa tidak ada yang membunuh orang ini?"
"Karena," katanya, "mereka takut padanya, Nak, lebih dari membencinya."
"Kalau begitu, mengapa," jawab Cato Muda, "kamu tidak memberiku pedang, agar aku bisa menikamnya, dan membebaskan negaraku dari perbudakan ini?"
Sarpedon mendengar ini dan pada saat yang sama melihat wajahnya dipenuhi kemarahan dan tekad. Sejak saat itu sang guru mengawasinya dengan ketat, jangan sampai dia melakukan upaya putus asa untuk mengatasi ketidakadilan.
Pada saat itu, orang sudah bisa melihat Cato Muda akan menjadi pria yang gigih dengan tekad yang besar.
Lahir pada tahun 95 SM. di Utica, Afrika (sekarang di Tunisia) Marcus Porcius Cato, juga dikenal sebagai Cato dari Utica atau Cato Muda. Ia adalah seorang senator Romawi yang sangat konservatif. Cato Muda berjuang untuk mempertahankan Republik Romawi melawan para pencari kekuasaan. “Seperti Julius Caesar, yang dia benci lebih dari apapun,” tutur Ellen Lloyd dilansir dari laman Ancient Pages.
Bagi banyak orang, Cato Muda mewakili model kebajikan. Belakangan, Cato Muda menunjukkan bahwa dia cocok untuk menjadi orang yang memiliki kepentingan politik yang besar.
Kakek Cato, Cato Tua (234 SM - 149 SM) terkenal karena kebijakannya yang konservatif dan anti-Yunani. Cato Muda menunjukkan keinginannya yang kuat untuk mempertahankan tradisi Romawi kuno dalam berbagai kesempatan.
Pada tahun 78 SM tahun Sulla meninggal, Romawi ingin menghapus memori kediktatorannya. Pejabat kota berencana menghapus pilar yang menghalangi jalan di aula pertemuan besar Basilica Porcia. Namun Cato Muda yang saat itu berusia 18 tahun muncul dan memprotes.
Mempertahankan pilar yang didirikan oleh kakeknya, ia berpendapat bahwa struktur itu telah berdiri selama ratusan tahun. Jadi sama sekali tidak ada alasan untuk mengubahnya. Pidatonya meninggalkan kesan mendalam sehingga pejabat kota membatalkan rencananya.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR