Nationalgeogrhic.co.id—Sekitar 450 SM, Jenderal Pericles Athena mencoba untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Caranya, ia menggunakan uang publik dan iuran yang dibayarkan ke Athena oleh sekutunya, demi mendukung seniman dan pemikir negara-kota.
Pericles membayar pengrajin untuk membangun kuil dan bangunan umum lainnya di kota Athena. Dia beralasan bahwa dengan cara ini dia dapat memenangi dukungan rakyat Athena dengan membagikan banyak pekerjaan konstruksi sambil membangun monumen publik. Harapannya, orang-orang akan datang dari jauh untuk melihatnya, meningkatkan prestise Athena dan juga dirinya.
Arsitektur Yunani Klasik
Hasil paling penting dari kampanye pekerjaan umum Pericles adalah Parthenon, sebuah kuil untuk menghormati dewi pelindung kota Athena. Arsitek Iktinos dan Kallikrates dan pematung Phidias mulai mengerjakan kuil pada pertengahan abad ke-5 SM. Parthenon dibangun di atas Acropolis, alas alami yang terbuat dari batu yang merupakan situs permukiman paling awal di Athena.
Pericles mengundang orang lain untuk membangun di lokasi yang sama: Pada 437 SM, misalnya, arsitek Mnesikles mulai membangun gerbang besar yang dikenal sebagai Propylaia di ujung baratnya. Pada akhir abad itu, pengrajin menambahkan kuil yang lebih kecil untuk dewi Yunani Athena—menghormati perannya sebagai dewi kemenangan, Athena Nike—bersama dengan Athena dan Erechtheus, raja Athena. Namun, Parthenon tetap menjadi daya tarik utama situs ini.
Arsitektur Kuil Yunani
Dengan platform batu persegi panjang, serambi depan dan belakang (pronaos dan opisthodomos) dan deretan kolom, Parthenon menjadi contoh arsitektur kuil Yunani. Biasanya, orang-orang Yunani kuno tidak beribadah di dalam kuil mereka seperti yang kita lakukan sekarang. Sebaliknya, ruang interior (naos atau cella) relatif kecil, hanya menampung patung dewa yang dibangun untuk menghormati kuil. Para penyembah berkumpul di luar, mereka masuk hanya untuk membawa persembahan ke patung.
Kuil-kuil Yunani klasik semuanya memiliki bentuk umum yang sama: Barisan kolom yang menopang entablature horisontal (semacam cetakan dekoratif) dan atap segitiga. Di setiap ujung atap, di atas entablature, ada ruang segitiga yang dikenal sebagai pedimen. Di situlah pematung melakukan karya rumit. Di Parthenon, misalnya, patung pedimen menunjukkan kelahiran Athena di satu sisi dan pertempuran antara Athena dan Poseidon di sisi lain.
Agar orang yang berdiri di tanah dapat melihatnya, patung pedimen ini biasanya dicat dengan warna-warna cerah dan disusun dengan latar belakang biru atau merah yang solid. Cat ini telah memudar seiring bertambahnya usia. Akibatnya, potongan-potongan kuil yang bertahan hingga saat ini tampak terbuat dari marmer putih saja.
Proporsi dan Perspektif
Arsitek Yunani klasik memiliki banyak teknik canggih untuk membuat bangunan mereka terlihat rata sempurna. Mereka membuat bidang horisontal berbentuk U, yang sangat sedikit ke atas, dan kolom yang berbadan lebih gemuk di bagian tengah daripada di ujungnya. Tanpa inovasi ini, bangunan akan tampak melorot. Dengan teknik ini, mereka tampak sempurna dan megah.
Patung Yunani Kuno
Tidak banyak patung atau pahatan klasik yang bertahan hingga saat ini. Patung batu mudah pecah, dan patung logam sering dilebur untuk digunakan kembali. Namun, kita tahu bahwa pematung Yunani seperti Phidias dan Polykleitos (pada abad ke-5) dan Praxiteles, Skopas dan Lysippos (pada abad ke-4) menemukan cara penerapan aturan anatomi dan perspektif pada bentuk manusia.
Baca Juga: Seperti Arisan, Orang Yunani Mengundi Pejabat: Bisakah untuk Pemilu ?
Baca Juga: Awal Konflik Besar Yunani-Persia: Pertempuran Maraton yang Legendaris
Baca Juga: Menyelami Filsafat Cinta dari Plato Pada Simposiumnya di Athena
Patung-patung orang sebelumnya tampak canggung dan palsu, tetapi pada periode klasik patung-patung itu tampak alami. Mereka bahkan memiliki ekspresi wajah yang tampak realistis.
Salah satu patung Yunani yang paling terkenal adalah Venus de Milo, yang diukir pada 100 SM selama Zaman Helenistik oleh Alexandros dari Antiokhia—yang tampaknya kurang dikenal. Dia ditemukan pada 1820 di pulau Melos.
Tembikar Yunani Kuno
Tembikar Yunani klasik tampaknya merupakan bentuk seni yang paling bermanfaat pada zaman itu. Orang-orang mempersembahkan patung-patung terakota kecil sebagai hadiah kepada dewa dan dewi. Mereka juga menguburkan patung-patung itu bersama orang wafat dan memberikannya kepada anak-anak mereka sebagai mainan. Mereka juga menggunakan pot tanah liat, toples dan vas untuk hampir semuanya. Pot ini dilukis dengan adegan religius atau mitologis seperti patung-patung zaman itu.
Sebagian besar pengetahuan kita tentang seni Yunani klasik berasal dari benda-benda yang terbuat dari batu dan tanah liat. Benda-benda itu telah bertahan selama ribuan tahun. Namun, kita dapat menyimpulkan bahwa tema yang kita lihat dalam karya-karya ini muncul juga dalam kreasi yang kurang bertahan lama seperti lukisan dan gambar Yunani kuno.