Baca Juga: Haq Al Laila, Tradisi Menyambut Ramadan yang Penuh Makna Kebersamaan
Baca Juga: Wetu Telu dan Harmoni Lebaran Adat Sasak di Kaki Gunung Rinjani
Ya, bagi Ottoman, momen berlebaran tidak akan lepas dari ungkapan "manis", sebagaimana budaya mereka dalam merayakannya dengan Pesta Gula atau mengonsumsi makanan manis.
Momen hari raya Idulfitri juga ramai dengan perayaan yang berlangsung dalam suasana seperti karnaval dan parade baklava (suguhan manis) yang diarak oleh janissari—unit elit utama tentara Utsmaniyah—berkeliling kota.
Halaman masjid terbesar di Istanbul seperti Sultan Ahmet, Hagia Sophia, dan Eyüp Sultan akan menjadi tuan rumah pameran dan pekan raya selama momen lebaran di mana kios-kios akan menjual apa saja barang yang menarik untuk dibeli.
Berbagai dekorasi mewarnai hari raya seperti adanya pertunjukan lentera minyak berwarna-warni yang diadakan setelah salat magrib, di mana lentera akan dihias dan digantung di antara menara dan halaman masjid.
Namun, tradisi yang terus bertahan dan paling utama selama masa Ottoman, ialah memuliakan ibu atau orang yang lebih tua. Sultan sendiri akan memulai perayaan Idulfitri dengan mencium tangan ibunya dan membagikan uang saku kepada anak-anak dalam kantong kecil dekoratif.