Alih-alih Hidup Tenang, Kaisar dan Raja Ini Malah Mati Mengenaskan

By Sysilia Tanhati, Selasa, 3 Mei 2022 | 10:00 WIB
Nicholas II tidak siap dan tidak pernah ingin menjadi seorang tsar. Sayangnya, sang Ayah pun tidak mempersiapkan dirinya untuk memerintah kekaisaran. (Boissannas et Eggler/Wikimedia)

Nationalgeographic.co.id—Para raja, kaisar, atau pemimpin negara selalu menikmati gaya hidup yang makmur. Sementara yang lain berjuang untuk bertahan hidup, mereka mendapat manfaat dari kekayaan, keamanan, dan kekuasaan.

“Tren ini telah konsisten sepanjang sejarah,” ungkap Jacob Wilkins dilansir dari laman History of Yesterday.

Meski bergelimang kekayaan, menjadi raja atau kaisar tidak membuat Anda kebal terhadap kesulitan. Bahkan dengan kekayaan dan pengaruh yang melimpah, kelima kaisar dan raja ini tidak bisa lepas dari nasib buruk mereka.

Kaisar Vitellius

Kaisar Vitellius memerintah Kekaisaran Romawi hanya selama delapan bulan pada tahun 69 M. Sumber-sumber kuno menggambarkannya sebagai pria yang kejam, boros, dan sesat yang menyukai kerakusan dan perjudian.

Pada bulan Juli, tentara di timur Kekaisaran Romawi menyatakan diri mendukung Titus Flavius ​​Vespasianus, Gubernur Yudea. Pasukan ini berbaris di ibu kota, yang menyebabkan Pertempuran Bedriacum.

“Vitellius dikalahkan tetapi menolak untuk turun tahta,” Wilkins menambahkan. Ini membuat pasukan Vespasianus menangkap kaisar, mengikat tangan serta lehernya, dan menyeretnya setengah telanjang ke Forum. Forum adalah alun-alun terkenal di tengah Roma.

Orang-orang mengejek dan melecehkan kaisar. Ada juga yang melemparinya dengan kotoran. Vitellius kemudian disiksa di Tangga Duka sebelum diseret dengan kail dan dibuang di Sungai Tiber.

Setelah membunuh Vitellius, Vespasianus menjadi Kaisar Roma yang baru dan memerintah selama sepuluh tahun.

Kaisar Andronikos I

Kaisar Andronikos I memerintah Kekaisaran Bizantium dari tahun 1183 hingga 1185. Setelah menggulingkan remaja Alexios II, Andronikos menerapkan peraturan keras untuk membatasi kekuasaan pemilik tanah feodal dan kaum bangsawan.

Ketika jumlah eksekusi meningkat. Alih-alih tenang, Kekaisaran Bizantium berubah menjadi negara teror. Hal ini menyebabkan berbagai pemberontakan, termasuk invasi dari Raja William II dari Sisilia. Akhirnya, Andronikos digulingkan oleh Isaac Angelos, yang merupakan anggota keluarga Komnenos.

Putus asa untuk melarikan diri dari kota Konstantinopel, Andronikos naik kapal dengan istri dan gundiknya. Mereka berusaha untuk sampai ke Rusia melalui Laut Hitam. “Namun dia ditangkap sebelum dia bisa melarikan diri dan dibawa kembali ke kota,” kata Wilkens.

Di sini, Andronikos mengalami kematian yang lambat dan mengerikan. Selama beberapa hari, massa kota memotong-motong dan memutilasi Andronikos. Mereka mencungkil matanya, mencabut giginya, dan memotong berbagai bagian tubuh.

Mayat Andronikos ditempatkan di antara dua pilar dan Angelos menjadi Kaisar baru Kekaisaran Bizantium.

Raja Henry II

Raja Henry II adalah raja Prancis dari tahun 1547 hingga 1559. Ia berhasil dalam urusan diplomasi dan perang, mengawasi penangkapan Calais dan Tiga Keuskupan.

Henry juga seorang jouster, ksatria yang bertarung di atas kuda. Dan untuk merayakan penandatanganan Perjanjian Cateau-Cambrésis, ia menyelenggarakan turnamen jousting di Paris di Place des Vosges, sebuah lapangan umum di distrik Marais.

Meskipun sudah berusia empat puluh tahun, Henry masih ingin bersaing di turnamen. Selama pertarungannya melawan Gabriel de Montgomery, Henry dipukul di kepala, dan beberapa serpihan kayu menembus kulit di atas mata kanannya. Salah satu serpihan juga menembus otak raja.

Dokter terbaik di Prancis merawat luka Henry selama beberapa hari. Meskipun awalnya dia menunjukkan beberapa tanda perbaikan, demamnya memburuk dari waktu ke waktu. Ia juga mengalami keracunan darah.

Wilkins menuturkan, “Henry meninggal segera setelah itu dan digantikan oleh putranya Francis II.”

Chhatrapati Sambhaji

Chhatrapati Sambhaji adalah penguasa Kekaisaran Maratha 1681-1689. Dia terus-menerus berperang dengan Kekaisaran Mughal dan akhirnya ditangkap oleh pasukan Mughal di kota Sangameshwar.

Pasukan membawa Sambhaji ke Kaisar Aurangzeb, penguasa Kekaisaran Mughal. Sambhaji dipaksa berpakaian seperti orang bodoh dan ditambatkan ke unta sebelum diarak di depan pasukan Mughal.

Aurangzeb menawarkan untuk menyelamatkan nyawa Sambhaji jika dia menyerahkan bentengnya dan mengungkapkan harta terpendamnya. Alih-alih menerima persyaratan itu, Sambhaji mengejek Aurangzeb dengan meminta untuk menikahi putrinya.

    

Baca Juga: Catatan Tionghoa, Ketika Putra Mahkota Tsar Rusia Melancongi Batavia

Baca Juga: Seperti Apa Istana dan Taman Eksotis Kaisar Romawi Caligula?

Baca Juga: Batu Demarkasi Kaisar Claudius dari Romawi Berusia 2.000 Tahun

Baca Juga: Benarkah Tsar Nicholas II Jadi Sumber Penderitaan Kekaisaran Rusia?

       

Sebagai tanggapan, Aurangzeb menyiksa Sambhaji selama beberapa minggu. Selain dibutakan dan lidahnya dicabut, anggota tubuh Sambhaji dipenggal. Tidak hanya itu, ia juga dilemparkan ke sekawanan anjing. Sambhaji kemudian dipenggal di samping Sungai Bhima.

Sambhaji digantikan oleh saudara tirinya Chhatrapati Rajaram I, yang juga menghabiskan masa pemerintahannya berperang melawan Kekaisaran Mughal.

Tsar Nicholas II

Tsar Nicholas II adalah kaisar Rusia dari tahun 1894 hingga 1917. Setelah Revolusi Bolshevik, terjadi perang saudara antara pendukung revolusi (Tentara Merah) dan pendukung rezim lama (Tentara Putih).

Selama konflik, Tentara Merah memenjarakan Nicholas dan keluarganya di sebuah rumah besar di Yekaterinburg. Tentara Merah mencuri harta benda dan mengurung keluarga itu di kamar kecuali untuk waktu makan.

Vladimir Lenin, pemimpin Partai Bolshevik, khawatir Tentara Putih akan menyelamatkan tsar. Sehingga ia memerintahkan anak buahnya untuk mengeksekusi Nicholas dan keluarganya. Mereka dibawa ke sebuah ruangan kecil di bawah rumah dan diberitahu bahwa mereka dipindahkan untuk perlindungan. Eksekutor membohongi keluarga naas itu dengan mengatakan ada pertempuran di luar rumah tersebut.

Setelah memasuki ruangan, Nicholas, istrinya, dan lima anak mereka ditembak oleh Tentara Merah. Para algojo melucuti mayat dari perhiasan apa pun sebelum membakarnya di hutan. Wajah dirusak dengan asam dan mereka dikubur secara serampangan.

Nicholas adalah kaisar terakhir Rusia. Tentara Merah memenangkan perang. Tentara ini menggerakkan revolusi dengan menciptakan salah satu rezim paling terkenal dalam sejarah manusia: Uni Soviet.