Ketika waktu mereka akhirnya tiba, para gladiator diarak mengelilingi arena untuk dikagumi orang banyak. Jika seorang kaisar hadir, mereka akan berdiri bersama dan menyatakan sebagai berikut: “Salam Kaisar! Kami, yang akan mati, salut padamu!”
Kemudian duel pertama akan dimulai. Tidak benar bahwa semua pertarungan gladiator berakhir dengan kematian salah satu petarung. Gladiator sangat mahal dan petarung yang kalah sering kali diampuni. Terutama jika mereka populer di kalangan orang banyak.
Baca Juga: Sejarah Berdarah Koloseum, Arena Hiburan dan Pembantaian Romawi
Baca Juga: Wanita-Wanita Tangguh dalam Pertarungan Brutal Gladiator Romawi
Baca Juga: Spartacus, Gladiator yang Pimpin Pemberontakan Budak Melawan Romawi
Baca Juga: Jenis-Jenis Gladiator dalam Pertarungan Mematikan Romawi Kuno
Baca Juga: Diet Unik Gladiator Romawi, Vegetarian dan Minum Abu Sebagai Tonik
Pemenang, secara teori, dapat memutuskan apakah dia akan memberikan hidup atau mati kepada lawannya. Tetapi jika kaisar hadir maka hak istimewa ini diberikan kepadanya. Kerumunan yang menderu juga sangat berpengaruh terhadap keputusan akhir. Kaisar akan menunjukkan pilihannya dengan jempol untuk grasi atau jempol menunjuk ke tenggorokan untuk kematian.
Gladiator yang berhasil biasanya diberi semacam hadiah. Ini bisa termasuk koin emas atau perak, serta waktu dengan pelacur. Mereka yang menjadi pemenang tetap pada akhirnya akan ditawari kebebasan mereka, atas kebijaksanaan lanista. Sebuah pedang kayu (rudis) kemudian disajikan kepada mereka sebagai simbol kebebasan mereka.
Peninggalan terakhir gladiator
Banyak dari apa yang kita ketahui tentang gladiator berasal dari literatur elit dan hanya ada sedikit bukti langsung tentang kehidupan mereka. Bukti prasasti menawarkan beberapa contoh terbaik tetapi bahkan ini tidak banyak tersedia.
Batu nisan permakaman mungkin adalah satu-satunya contoh peninggalan sang Gladiator. Prasasti ini dapat memberikan wawasan yang menarik tentang karir individu. Misalnya, batu nisan seorang gladiator terkenal bernama Flamma memberi tahu kita bahwa dia ditawari pedang kayu kebebasan empat kali. Setiap kali, dia menolaknya demi melanjutkan hidupnya di arena.
Ada juga detail sedih yang bisa ditemukan. Batu nisan seorang gladiator bernama Macedo memberi tahu kita bahwa dia meninggal pada usia dua puluh, setelah menyerah dalam pertarungan pertamanya.
Beberapa prasasti menyertakan informasi tambahan, seperti nasihat atau peringatan kepada orang lain. Seorang pria dengan bijaksana menyarankan bahwa setiap orang harus membunuh lawan mereka ketika mereka memiliki kesempatan.
Beberapa batu nisan gladiator menggunakan bahasa yang lebih formal dari prasasti permakaman. Ini mungkin upaya untuk mengangkat diri mereka dari status sosial mereka yang rendah. Pencitraan juga terkadang digunakan, seperti karangan bunga kemenangan di relief pemakaman di atas. Persenjataan khusus sering terlihat, yang bertujuan untuk mempersonalisasikan tugu peringatan.
Singkatnya, batu nisan adalah kesempatan berharga bagi seorang gladiator untuk mencerminkan identitas mereka sendiri. Ini juga menunjukkan pencapaian mereka, yang menentang kehidupan kebrutalan dan perbudakan yang tak terbayangkan.