Upaya Tanpa Henti Bangsa Romawi Mencari Sumber Air Sungai Nil

By Sysilia Tanhati, Rabu, 11 Mei 2022 | 15:00 WIB
Meskipun tidak membuahkan hasil, penjelajah Nero menjadi orang Eropa pertama yang menjelajah jauh ke Afrika khatulistiwa. (Gabriel Lekegian)

Plinius Tua dan Seneca, memberi informasi yang sedikit berbeda tentang usaha pencarian tersebut. Jika memang ada dua ekspedisi, yang pertama dilakukan sekitar tahun 62 M, sedangkan yang kedua dilakukan lima tahun kemudian.

Ekspedisi ini dipimpin oleh dua perwira Pengawal Praetorian, yang dikomandani oleh sebuah tribun. Pilihan ini tidak mengejutkan, karena pengawal terdiri dari orang-orang kaisar yang paling dipercaya. Mereka juga dipilih sendiri dan diberi pengarahan secara rahasia. Pengalaman yang cukup diperlukan untuk bernegosiasi dengan para penguasa yang ditemui dalam perjalanan menyusuri Sungai Nil.

Alih-alih peta, orang Romawi mengandalkan rencana perjalanan yang sudah ada sebelumnya. Bileta menambahkan, “Mereka berpedoman pada data yang dikumpulkan oleh berbagai penjelajah dan pelancong Graeco-Romawi dari selatan.”

Selama perjalanan, para penjelajah kekaisaran Nero mencatat rute dan menyajikannya sekembalinya ke Romawi, bersama dengan laporan lisan. Detail penting dari laporan ini disimpan oleh Plinius dalam Natural History-nya. Sedangkan deskripsi lengkapnya berasal dari Seneca.

Dokumentasi kekayaan Sungai Nil

Penjelajahan itu melintasi perbatasan di Syene, melewati Philae, sebelum meninggalkan wilayah kekaisaran. Pulau Philae pada saat itu merupakan tempat perlindungan penting di Mesir, tetapi juga merupakan pusat komersial.

Mencapai Pselchis dengan garnisun Romawi yang kecil, ekspedisi harus melakukan perjalanan darat ke Premnis. “Karena bagian Sungai Nil ini sulit dan berbahaya untuk dinavigasi,” tutur Bileta.

Di Premnis, ekspedisi menaiki perahu yang membawa mereka lebih jauh ke Selatan. Para penjelajah mengandalkan bantuan lokal, persediaan, air, dan informasi tambahan untuk lebih dekat ke sumber Sungai Nil.

Selanjutnya, perjanjian diplomatik dapat dibuat dengan perwakilan dari suku-suku setempat. Selama bagian perjalanan inilah para perwira mulai merekam perjalanan mereka secara lebih rinci.

Dari perahu, kru bisa melihat burung beo, babon, dan sphynga, monyet kecil. (Campana Plate/Vatican Museum)

Mereka menggambarkan fauna lokal, termasuk buaya ramping, dan kuda nil raksasa, hewan paling berbahaya di Sungai Nil. Bergerak ke selatan, para penjelajah mengunjungi ‘kota kecil’ Napata, yang pernah menjadi ibu kota Kushite sebelum dijarah Romawi.

Saat ini, orang Romawi menghadapi terra incognita, dengan gurun berangsur-angsur surut sebelum tanah hijau subur. Dari perahu, kru bisa melihat burung beo, babon, dan sphynga, monyet kecil.