Nationalgeographic.co.id—Setelah bertelur di pulau Diego Garcia setiap musim dingin, penyu sisik berenang puluhan kilometer untuk mencari makan makan di Samudra Hindia. Di tempat ini mereka makan bunga karang laut serta tumbuhan dan hewan laut lainnya. Apakah penyu ini memiliki rute spesifik? Menurut sebuah penelitian, penyu ternyata tidak begitu yakin ke mana mereka akan pergi selama migrasi yang relatif singkat ini.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Journal of the Royal Society Interface. Peneliti menemukan bahwa meski akhirnya mencapai tujuan targetnya, penyu sisik sering mengambil rute yang berkelok-kelok dan berliku untuk sampai ke sana. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman peta yang relatif kasar tentang lautan.
“Peta yang dibuat para peneliti untuk menunjukkan rute penyu terlihat seperti coretan di buku mewarnai anak-anak,” ungkap Sarah Kuta dilansir dari laman Smithsonian Magazine. Banyak putaran acak dan putaran ganda terjadi sebelum akhirnya mencapai tujuan yang diinginkan.
Seekor penyu berenang lebih dari 1.280 km untuk mencapai tempat yang sedikit lebih dari 160 km jauhnya, menurut penelitian tersebut.
“Migrasi yang sangat panjang secara mengejutkan mudah dilakukan oleh penyu dari sudut pandang navigasi,” Graeme Hays, seorang ilmuwan kelautan di Deakin University dan salah satu rekan penulis studi tersebut.
Untuk memahami keterampilan navigasi penyu sisik, para peneliti memasang alat pelacak GPS ke 22 ekor penyu yang selesai bersarang di Diego Garcia pada 2018 dan 2019. Kemudian, perjalanan penyu ke tempat mencari makan pun dilacak. Penyu sisik itu biasanya menuju ke Kepulauan Chagos. Kepulauan ini letaknya tidak jauh dari Diego Garcia.
Penyu sisik biasanya memiliki berat antara 45 dan 68 kilogram dan panjangnya 60 sampai 100 sentimeter. Selama beberapa dekade, orang memburu spesies yang terancam punah ini karena cangkangnya yang berwarna-warni dan bermotif. Meski praktik ini ilegal, penyu tetap diburu karena nilai ekonomisnya.
Hewan yang bermigrasi di darat memiliki banyak penanda navigasi yang baik untuk membantu mencapai tujuan. “Sedangkan di lautan, seperti penyu sisik, mereka memiliki lebih sedikit informasi soal navigasi,” tambah Kuta.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyu dapat merasakan medan magnet bumi. Isyarat ini digunakan untuk mencapai situs tertentu di laut.
Baca Juga: Populasi Penyu Hijau Meledak Setelah Sekitar Lima Dekade Konservasi
Baca Juga: Keindahan Migrasi Puluhan Ribu Penyu yang Tertangkap Kamera Drone
Baca Juga: Berbau Seperti Makanan, Alasan Penyu Kerap Mengonsumsi Sampah Plastik
Baca Juga: Hari Penyu Dunia: Penyu Paling Kecil Seantero Jagat Ini Terancam Punah, Apakah Kita Penyebabnya?
Tapi, sampai sekarang, ketepatan indra penyu dalam bernavigasi tetap menjadi misteri. Dengan kata lain, apakah mereka melakukan perjalanan ke arah yang benar dan mengetahui arah yang tepat?
Sekarang, para peneliti memiliki lebih banyak bukti untuk membantu menjawab pertanyaan itu. Karena penyu tidak bersarang dan mencari makan di lokasi yang sama, para peneliti berasumsi bahwa penyu yang lapar mungkin mengambil jalur paling cepat menuju makanan. Namun ternyata, penyu sisik di Samudra Hindia rata-rata menempuh jarak lebih dari dua kali jarak langsung menuju tempat mencari makan, menurut temuan para ilmuwan.
Kadang-kadang, penyu tampaknya mengerti bahwa mereka keluar dari rute yang paling langsung dan mengoreksi arah mereka. Mereka sering melakukan ini di perairan yang lebih dangkal, berdasarkan hasil temuan itu. Ini menunjukkan bahwa mereka memperoleh informasi navigasi penting dari dasar laut.
“Mereka mungkin hanya bisa mengenali dasar laut, sama seperti Anda mengenali tengara visual di daerah tempat Anda tinggal,” kata Hays.
Begitu mereka cukup dekat dengan tempat mencari makan tertentu, mereka dapat mengendus selama sisa rute, menurut Hays.
Tersesat saat lapar memang tidak menyenangkan. Namun, penyu yang keluar jalur jalur secara tidak langsung membantu ‘memecahkan teka-teki berusia lebih dari satu abad’.