Nationalgeographic.co.id—Baru-baru ini digelar penelitian tingkat global yang diselenggarakan oleh para arkeolog dari Flinders University melalui konsorsium. Konsorsium internasional yang diadakan mereka bertujuan untuk menemukan asal-usul keramik kuno di Jalur Rempah atau yang juga diketahui sebagai Jalur Sutra Maritim.
Di masa lalu, Jalur Rempah sangat penting bagi perluasan perdagangan global. Ada banyak warisan yang terbenam menanti terungkap di sepanjang jalur laut yang menyatukan peradaban Tiongkok, Nusantara, India, dan negara-negara di Timur Tengah itu.
Beberapa benda di antaranya sudah diambil dari proyek penyelaman dan tersebar, meski peninggalan itu tersebar luas dan tanpa rekaman arkeologis yang mengikutinya. Penyelaman untuk mengambil peninggalan bawah laut, terutama keramik, telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan sebelumnya, tetapi terkadang para perompak atau penyelam ilegal mengambil tanpa sepengetahuan pihak berwenang.
"Tugas pertama kami akan menyatukan kembali potongan-potongan itu dengan kapal asal mereka, dan ini mengembangkan narasi terperinci tentang perdagangan global kuno di ambang pintu Australia," kata Martin Polkinghorne, arkeolog Flinders Univeristy yang akan memimpin tim penelitian lintas negara itu.
Penelitian ini akan meneliti berbagai koleksi besar yang dimiliki Indonesia, termasuk dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan koleksi lain yang telah dikumpulkan oleh kolektor. Proyek ini diperkirakan akan memakan waktu lebih dari empat tahun.
Selain itu, diharapkan hasilnya bisa membuka peluang bagi mahasiswa penelitian tingkat tinggi dari Indonesia dan Asia Tenggara ke Flinders University untuk menyelidiki warisan budaya bawah laut.
"Kami akan bahu-membahu dengan rekan-rekan regional, terutama dari Indonesia. Tujuannya asalah untuk memastikan dari mana asal potongan-potongan itu dengan benar dan menghubungkannya kembali dengan komunitas asal mereka agar mengembalikan nilai budaya mereka," lanjut Polkinghorne, dikutip dari Eurekalert, Senin 16 Mei 2022.
Dengan menerapkan dan meningkatkan konvensi internasional yang berkaitan dengan koleksi ini, Polkinghorne bersama timnya berharap dapat melestarikan warisan budaya bawah laut di wilayah Indonesia-Australia untuk generasi mendatang.
"Ini kesempatan besar untuk bekerja sama dengan Flinders University untuk menulis ulang narasi sejarah dari koleksi yang ditemukan dari perairan Indonesia," kata Miftahul Huda, Direktur Jasa Kelautan di Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia.
"Koleksi-koleksi ini merupakan sumber pengetahuan yang luas dan kami percaya bahwa interpretasi yang baik akan membawa kesadaran dan keterlibatan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih memahami masa lalu maritim Indonesia," Miftahul berpendapat.
Salah satu kolektor serpihan peninggalan bawah laut itu adalah pengacara Michael Abbott. Rencananya di Australia, Polkinghorne dan rekan-rekannya akan meneliti asal-usul koleksinya. Setidaknya ada sekitar 2.300 buah koleksi milik Abbott yang diyakini sebagai peninggalan keramik perdagangan maritim dunia timur itu.