Para Arkeolog Akan Kembalikan Kisah yang Tertinggal dari Jalur Rempah

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 18 Mei 2022 | 14:13 WIB
Pemimpin penelitian Martin Polkinghorne (kiri) akan membuka tabir cerita di balik keramik Jalur Rempah yang tertinggal. Sebagian koleksi itu adalah milik pengacara Michael Abbott (kanan). (Flinders University)

Nationalgeographic.co.id—Baru-baru ini digelar penelitian tingkat global yang diselenggarakan oleh para arkeolog dari Flinders University melalui konsorsium. Konsorsium internasional yang diadakan mereka bertujuan untuk menemukan asal-usul keramik kuno di Jalur Rempah atau yang juga diketahui sebagai Jalur Sutra Maritim.

Di masa lalu, Jalur Rempah sangat penting bagi perluasan perdagangan global. Ada banyak warisan yang terbenam menanti terungkap di sepanjang jalur laut yang menyatukan peradaban Tiongkok, Nusantara, India, dan negara-negara di Timur Tengah itu.

Beberapa benda di antaranya sudah diambil dari proyek penyelaman dan tersebar, meski peninggalan itu tersebar luas dan tanpa rekaman arkeologis yang mengikutinya. Penyelaman untuk mengambil peninggalan bawah laut, terutama keramik, telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan sebelumnya, tetapi terkadang para perompak atau penyelam ilegal mengambil tanpa sepengetahuan pihak berwenang.

"Tugas pertama kami akan menyatukan kembali potongan-potongan itu dengan kapal asal mereka, dan ini mengembangkan narasi terperinci tentang perdagangan global kuno di ambang pintu Australia," kata Martin Polkinghorne, arkeolog Flinders Univeristy yang akan memimpin tim penelitian lintas negara itu.

Penelitian ini akan meneliti berbagai koleksi besar yang dimiliki Indonesia, termasuk dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan koleksi lain yang telah dikumpulkan oleh kolektor. Proyek ini diperkirakan akan memakan waktu lebih dari empat tahun.

Selain itu, diharapkan hasilnya bisa membuka peluang bagi mahasiswa penelitian tingkat tinggi dari Indonesia dan Asia Tenggara ke Flinders University untuk menyelidiki warisan budaya bawah laut.

"Kami akan bahu-membahu dengan rekan-rekan regional, terutama dari Indonesia. Tujuannya asalah untuk memastikan dari mana asal potongan-potongan itu dengan benar dan menghubungkannya kembali dengan komunitas asal mereka agar mengembalikan nilai budaya mereka," lanjut Polkinghorne, dikutip dari Eurekalert, Senin 16 Mei 2022.

Salah satu contoh keramik koleksi yang sedang diteliti oleh para peneliti dari Flinders University di Australia. (Flinders University)

Dengan menerapkan dan meningkatkan konvensi internasional yang berkaitan dengan koleksi ini, Polkinghorne bersama timnya berharap dapat melestarikan warisan budaya bawah laut di wilayah Indonesia-Australia untuk generasi mendatang.

"Ini kesempatan besar untuk bekerja sama dengan Flinders University untuk menulis ulang narasi sejarah dari koleksi yang ditemukan dari perairan Indonesia," kata Miftahul Huda, Direktur Jasa Kelautan di Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia.

"Koleksi-koleksi ini merupakan sumber pengetahuan yang luas dan kami percaya bahwa interpretasi yang baik akan membawa kesadaran dan keterlibatan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih memahami masa lalu maritim Indonesia," Miftahul berpendapat.

Salah satu kolektor serpihan peninggalan bawah laut itu adalah pengacara Michael Abbott. Rencananya di Australia, Polkinghorne dan rekan-rekannya akan meneliti asal-usul koleksinya. Setidaknya ada sekitar 2.300 buah koleksi milik Abbott yang diyakini sebagai peninggalan keramik perdagangan maritim dunia timur itu.

Baca Juga: Merapah Rempah: Upah, Darah, dan Budak-budak Sepanjang Jalur Rempah

Baca Juga: Merapah Rempah: Sejumput Cengkih Maluku di Rumah Tuan Puzurum

Baca Juga: Akhir dari Dominasi Monopoli Kejam VOC atas Rempah di Pasar Dunia

Baca Juga: Orang Tiongkok Kuno Gunakan Bantal Keramik Saat Tidur, Apa Fungsinya?

 

"Penting untuk diketahui bahwa kolaborasi internasional ini akan memimpin dalam mengevaluasi keramik ini dan bekerja untuk menemukan konteks asal-usulnya," terang Abbott.

Dia tidak sendiri, kolektor lain dan juga rekannya, Alastair Hunter untuk memberikan sumbangan signifikan untuk diteliti Polkinghorne dan tim untuk mengungkap kisah sejarah dan budaya di baliknya. "Saya senang punya kesempatan untuk mendukung proyek ini, untuk tujuan akademis di samping membina dan memperkuat hubungan Australia dengan tetangga kami di Indonesia," ujar Hunter.

Hunter menjelaskan, koleksi yang dimilikinya berasal dari kedua orang tuanya, Tom dan Elizabeth Hunter, yang merupakan kolektor seni dan barang antik. Barang-barang yang dikoleksi keluarga Hunter juga banyak di antaranya adalah keramik dan benda dari Asia.

Hunter dan Abbott berpendapat, sumbangsih ini adalah investasi yang luar biasa bagi dunia pendidikan dan berbagai penelitian lintas negara. "Ini adalah penghargaan besar buat tim ini bahwa koleksi ekstensif ini akan dilestarikan dan dikuratori untuk kepentingan publik," Hunter melanjutkan.