Selidik Warna Tentara Terakota Penjaga Makam Kaisar Tiongkok

By National Geographic Indonesia, Rabu, 18 Mei 2022 | 13:00 WIB
Lahir dari Produksi Massal. Seraut wajah dibentuk menggunakan salah satu dari puluhan cetakan. Pemahat lalu menambahkan detail, memilih dari aneka model rambut dasar, telinga, alis, kumis, dan jenggot. Tubuhnya dibuat terpisah dan menampilkan kombinasi unsur standar serupa. Jika digabungkan, patung- (O. Louis Mazzatenta)

 

Oleh Brook Larmer

Foto oleh O. Louis Mazzatenta

  

Pemandangan memukau: pasukan tentara tanah liat seukuran manusia yang dicat, dikubur untuk menjaga makam kaisar. Sekarang para arkeolog dan seniman, dengan bersenjatakan perkakas dan teknik terbaru, menghidupkan kembali pemandangan kuno itu.

Nationalgeographic.co.id—Dalam lubang tanah di Tiongkok tengah, di bawah lahan yang dulu merupakan kebun kesemek milik desa mereka, tiga wanita paruh baya sibuk menghadapi teka-teki gambar kuno. Yang Rongrong, wanita ceria 57 tahun dengan rambut dipotong lurus, membalik sekeping gambar bersegi-segi dengan tangannya yang kapalan, lalu meletakkannya di tempat yang tepat. Kedua temannya tertawa dan menggumam memuji, seolah menikmati permainan sore di desa mereka di dekat kota Xian.

Sebenarnya, yang dilakukan Yang dan temannya adalah menyusun misteri pasukan terakota berusia 2.200 tahun yang termasuk dalam kompleks makam kaisar pertama Tiongkok, Qin Shi Huang Di, makam yang tersohor tetapi baru dipahami samar-samar.

Biasanya Yang dan rekan kerjanya perlu waktu berhari-hari untuk mengubah tumpukan keping tanah liat menjadi tentara seukuran manusia, tetapi hari ini mereka beruntung, menyelesaikan pekerjaan itu hanya dalam beberapa jam. “Aku tak punya bakat khusus,” tegas Yang, yang telah memecahkan teka-teki seperti ini sejak 1974, ketika para petani dari desanya Xiyang pertama kali menemukan tembikar dan kepala pahatan saat menggali sumur untuk kebun.

“Tetapi hampir setiap tentara di sini pernah singgah di tanganku.” Dengan pengalaman menyusun pasukan seribu tentara, Yang menekuri keping terakhir hari ini: kepala tanah liat dalam plastik pelindung. Melalui bungkusnya terlihat kilasan warna jambon dan merah, nuansa cerah yang menyiratkan kemegahan asli tentara terakota.

Patung monokromatis yang dilihat pengunjung di museum pasukan terakota di Xian zaman sekarang sebenarnya berawal dari khayalan warna-warni penguasa yang ambisi muluknya merentang melampaui alam fana.

Sebagai kaisar pertama yang mempersatukan Tiongkok di bawah satu dinasti, Qin Shi Huang Di meraih banyak prestasi selama masa kekuasaannya di bumi, dari 221 sampai 210 SM. Selain membangun beberapa penggal pertama Tembok Besar, penggerak reformasi yang zalim ini juga membakukan sistem tulisan, mata uang, dan ukuran negara ini, serta merupakan sumber untuk kata Indonesia yang kini kita gunakan untuk Cina (Qin diucapkan “Cin”).

Sepanjang masa itu, kaisar mempersiapkan diri untuk alam baka, memerintahkan pembangunan kompleks makam seluas 90 kilometer persegi. Pasukan tentara dan kuda tanah liat Qin bukanlah pawai suram, melainkan pertunjukan adialami yang dibungkus warna-warni berani yang menakjubkan: merah dan hijau, ungu dan kuning. Sayangnya, sebagian besar warna itu tidak bertahan akibat terpaan waktu—atau akibat terpapar ke udara saat tempat itu ditemukan dan digali. Dalam penggalian awal di masa lalu, para arkeolog sering menyaksikan tanpa daya sementara warna tentara hancur di udara Xian yang kering.

Lengan Pudar Tentara Infanteri. Sisa cat menyiratkan warna-warni berani yang menghiasi pasukan saat dikuburkan lebih dari 2.200 tahun silam. Fragmen ini meniru zirah khas zaman itu: potongan kulit berlapis pernis yang diikatkan dengan tali merah. Tangan ini dibentuk untuk memegang senjata. (O. Louis Mazzatenta)