Nationalgeographic.co.id—Prosesi pemakaman di seluruh dunia telah menghabiskan banyak lahan tanah. Banyak pohon juga habis untuk dijadikan peti mati ataupun papan permakaman.
Kini sebagian orang mencari cara-cara ramah lingkungan untuk menyiapkan tempat peristirahatan terakhir bagi orang-orang mati. Salah satu solusi pemakaman yang paling modern, yakni akuamasi, bisa membuat jenazah si mendiang berubah menjadi kompos atau dilarutkan.
Namun tidak semua solusi hijau adalah hal yang baru. Manusia di beberapa bagian dunia telah melihat ke langit (dan para hewan karnivora bersayap) sebagai sarana untuk menghormati dan membuang orang mati. Praktik berusia 11.000 tahun ini dikenal juga sebagai pemakaman langit.
Pemakaman langit, juga dikenal sebagai "pemakaman surgawi", adalah praktik pemakaman yang dilakukan oleh umat Buddha dan sebenarnya merupakan cara umum untuk menangani orang-orang mati di wilayah Himalaya di Tibet. Metode pemakaman ini juga dipraktikkan di Mongolia.
Metode ini melibatkan cara membawa orang mati ke daerah terpencil pegunungan jauh dari rumah tinggal untuk upacara pribadi. Upacara ini diyakini memfasilitasi perjalanan jiwa sang mendiang setelah kematian.
Pemakaman langit biasanya dilakukan beberapa hari setelah orang tersebut meninggal karena jenazah dan alat-alat upacara perlu disiapkan lebih dulu. Setelah siap, jenazah dibawa agak jauh ke pegunungan ke platform pemakaman surgawi.
Di sini, asap "Su" dibakar untuk menarik perhatian burung karnivora seperti condor dan burung nasar yang biasanya memakan bangkai. Seorang "master penguburan" mengawasi proses ini, di mana burung-burung akan memakan tubuh yang dipotong-potong oleh seorang "pembawa jenazah".
Bagian-bagian tubuh jenazah atau mayat yang tersisa kemudian dikumpulkan dan dibakar. Tulang-tulangnya dihancurkan dan dicampur dengan tsampa, makanan pokok Tibet yang terbuat dari tepung panggang, mentega yak, dan teh untuk membentuk pak, yang juga diumpankan ke burung-burung.
Mengapa Pemakaman Langit Dilakukan di Tibet?
Dikutip dari IFL Science, iklim di wilayah tersebut secara historis tidak mendukung penguburan tanah yang biasa dilakukan di bagian-bagian lain dunia. Ini menunjukkan bahwa pemakaman langit memiliki manfaat praktis dan seremonial bagi orang-orang Tibet.
Selain itu, metode pemakaman ini juga terkait dengan pragmatisme orang-orang Tibet. Mereka percaya bahwa setelah kita mati, jiwa dibebaskan dan bentuk fisik tidak lagi diperlukan.
Baca Juga: Akuamasi, Teknik Kremasi Ramah Lingkungan yang Diminta Desmond Tutu
Baca Juga: Jenazah Dimakan Burung, Begini Ritual Pemakaman Langit di Tibet
Baca Juga: Ritual Suci, Peziarah Buddha Bersujud Ribuan Kilometer Menuju Lhasa
Baca Juga: Inilah Jejak Tangan dan Kaki Hominin Pleistosen Tengah Asal Tibet
Burung-burung karnivora pemakan bangkai dibawa ke dalam prosesi pemakaman juga merupakan anggukan pada hubungan positif budaya Tibet dengan alam. Kembali ke bumi sebagai makanan untuk makhluk hidup lain dianggap sebagai cara yang murah hati dan layak untuk mengistirahatkan tubuh orang mati, dan kebetulan juga merupakan cara yang baik terhadap lingkungan.
Memotong sisa-sisa orang mati adalah cara yang suram bagi banyak orang, tetapi mempersembahkan tubuh seseorang kepada burung-burung adalah sesuatu yang dianggap terhormat oleh umat Buddha di Tibet dan Mongolia. Para ahli pemakaman dan pembawa jenazah melakukan upacara tersebut dengan suasana yang ringan.
Prosesi pemakaman ini sangat pribadi, seringkali tanpa kehadiran keluarga. Prosesi ini juga dilakukan dengan cara yang dianggap paling memudahkan perjalanan jiwa.
Oleh karena itu, hak privasi mereka harus dihormati. Wisatawan tidak boleh mencari lokasi pemakaman langit dan para pengunjung di wilayah tersebut tidak boleh berlama-lama untuk menonton jika mereka kebetulan datang melihat upacara seperti itu.