Pelengkung Konstantinus, Pengingat akan Kemenangan yang 'Memalukan'

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 21 Mei 2022 | 16:00 WIB
Lebih dari dua milenium setelah pembangunannya, Lengkungan Konstantinus terus memperingati kaisar yang telah lama meninggal, pencapaiannya, dan kemenangannya yang tidak menyenangkan. (Herman van Swanevelt/Dulwich Picture Gallery)

Nationalgeographic.co.id - Pelengkung Konstantinus adalah lengkungan kemenangan Romawi terbesar yang masih ada hingga saat ini. Memiliki tinggi 21 meter dan lebar 25,7 meter, monumen ini terdiri tiga lengkungan.

Terletak tepat di sebelah Koloseum, monumen ini memainkan peran penting dalam melegitimasi pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung.

Pelengkung ini dibangun untuk memperingati kemenangan Konstantinus dalam perang saudara, yang membuatnya menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi.

Apakah ini cuma simbol kemenangan? Monumen ini berfungsi sebagai bukti legitimasi kaisar dan simbol ideologi Konstantinus. Pemilihan bahan yang digunakan menunjukkan bahwa ia adalah kaisar Romawi paling sukses.  

Kombinasi elemen pagan dan detail Kekristenan menjadikan Pelengkung Konstantinus sebagai struktur yang unik. Sebuah transisi terekam dalam batu, tidak hanya agama dan budaya, tetapi juga seni.

Namun di sisi lain, Pelengkung Konstantinus juga jadi saksi bisu akan kemenangan yang 'memalukan'.

Pelengkung Konstantinus jadi saksi bisu perubahan Kekaisaran Romawi

Kematian Kaisar Maxentius membuat Konstantinus Agung mengendalikan separuh barat Kekaisaran Romawi. Yang kemudian menjadi satu-satunya penguasa Kekaisaran.

Setahun kemudian kaisar mengakui agama Kristen sebagai religio licita, agama yang diizinkan di wilayah seluruh Kekaisaran. Pemerintahan Konstantinus membawa Kekaisaran ke era baru, yang sepenuhnya mengubah tidak hanya dunia Romawi tetapi juga jalannya sejarah.

Pelengkung Konstantinus adalah saksi bisu dari perubahan itu. Namun, monumen megah, lengkungan kemenangan Romawi terbesar yang masih ada, juga merupakan bukti kemenangan yang memalukan.

Bangsa Romawi akrab dengan monumen kemenangan yang menghiasi kota dan bahkan mendominasi pedesaan. ”Sekilas, Pelengkung Konstantinus hanyalah monumen kemenangan,” ungkap Vedran Bileta dilansir dari laman The Collector.

Akan tetapi ceritanya lebih rumit dari kelihatannya. Maxentius bukan pemimpin barbar, dia juga bukan raja Persia. Dia adalah seorang kaisar Romawi dan tentara yang tenggelam di Tiber adalah tentara Romawi.

Dengan demikian, monumen yang merayakan kemenangan Romawi atas sesama Romawi bisa menjadi masalah. Tampaknya Konstantinus dan mesin propagandanya menyadari ketidaknyamanan seperti itu. Di bagian pelengkung tersebut dituliskan bahwa Maxentius seorang tiran, sementara Konstantinus dinyatakan sebagai kaisar yang sah.

Posisinya yang berada di Via Triumphalis, di sebelah Colossus of Sol atau dewa matahari, memperkuat legitimasi Konstantinus. Ia mengasosiasikannya dengan dewa yang tak terkalahkan, abadi, dan berkuasa.

Legitimasi ditorehkan pada batu

Waktu yang singkat membuat para pekerja menggunakan beberapa dari bangunan kota.

Menurut beberapa cendekiawan, pada masa Konstantinus, tingkat keahlian menurun. “Maka para seniman memperbaiki situasi dengan menjarah bahan-bahan berkualitas tinggi dari berbagai struktur periode sebelumnya,” Bileta menambahkan.

Meski terlihat lebih kasar, spolia atau material bekas ini memiliki tema tertentu dan mengikuti narasi yang didefinisikan dengan jelas. Sebuah narasi propaganda kekaisaran yang membenarkan kemenangan memalukan Konstantinus dan melegitimasi pemerintahannya.

Elemen yang digunakan kembali tampaknya dipilih dari monumen dan bangunan yang didirikan di bawah tiga kaisar abad kedua. Patung-patung yang memahkotai kolom dekoratif diambil dari Basilika Ulpian, yang dibangun oleh Trajan. Kolom tersebut mengisahkan tentang serangan militer Trajan hingga kemenangannya.

 Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii

 Baca Juga: Menara Trajan: Sebuah Catatan Perang Menjulang di Tengah Roma

 Baca Juga: Transisi Penting Konstantinus Agung pada Agama dan Ibu Kota Romawi

Namun oleh Konstantinus, itu semua diubah seakan menjadi serangan militernya. Semua penggambaran kaisar diubah, kepala kaisar Trajan ‘didaur ulang’ agar mirip dengan Konstantinus.

Dibangun berpasangan, di sisi utara dan selatan Pelengkung Konstantinus, lingkaran besar menggambarkan adegan berburu dan pengurbanan. Lagi-lagi, ini mungkin diambil dari monumen berburu Hadrian. Dan kepala Hadrian diukir ulang menyerupai Konstantinus.

Trajan dan Marcus Aurelius dikenal karena kecakapan militer mereka, dan kemenangan mereka, sementara Hadrian adalah seorang negarawan dan reformis yang sukses. Pelengkung Konstantinus menetapkan Konstantinus sebagai pewaris spiritual mereka. Lewat kepemimpinannya, ia akan mengembalikan Kekaisaran Romawi ke masa kejayaannya.

Menutupi fakta perang saudara

Kualitas ‘rendah’ dan sederhana dari dekorasi Konstantinus menyebabkan beberapa orang menganggap abad keempat sebagai periode di mana keahlian mulai menurun. “Terutama jika dibandingkan dengan kualitas tinggi dan keanggunan dari Kolom Trajan," tambah Bileta.

Namun, setelah diamati lebih dekat, menjadi jelas bahwa gaya dekorasi Konstantinus memang berbeda. Lengkungannya menampilkan figur berulang dengan proporsi yang tidak realistis, ini memungkinkan semua mudah terbaca dari bawah.

Konstantinus ingin menunjukkan, alih-alih melakukan perang saudara, ia menang melawan musuh asing. Ini ditunjukkan lewat penggambaran tahanan. Mereka digambarkan sebagai non-Romawi yang mengenakan celana panjang. Di masa itu, celana panjang diasosiasikan dengan kaum barbar.

Dengan demikian, penggambaran pada monumen menunjukkan bahwa Konstantinus melawan musuh asing dan bukan sesama Romawi.

Sejarah Konstantinus yang baru mencoba yang terbaik untuk menghapus rasa malu memperingati kemenangan dalam perang saudara. Sebaliknya, monumen ini ingin menggambarkan Konstantinus Agung sebagai pembawa perdamaian dan stabilitas.

Lengkungan Konstantinus di zaman modern

Ketika dibangun, Lengkungan Konstantinus adalah hal yang harus dilihat. Dicat dengan warna-warna cerah, monumen ini tampak mencolok secara visual. Strukturnya dilapisi marmer putih, sedangkan kolom dekoratif diukir dari marmer numidian kuning.

Saat penjarahan kaum barbar, beberapa bagian dari lengkungan ikut dicuri. Sebagian besar warna pada lengkungan juga memudar pada abad-abad berikutnya.

Karena memiliki hubungan dengan Kristen, Lengkungan Konstantinus terhindar dari nasib yang sama seperti monumen kuno Romawi lainnya.

Setelah berperan sebagai menara, lengkungan bersejarah ini mengalami beberapa restorasi dari abad ke-15 dan seterusnya. Pekerjaan restoratif yang paling penting dilakukan pada tahun 1832 ketika monumen itu terlepas dari benteng abad pertengahan dan dibersihkan secara menyeluruh.

Akhirnya, daerah sekitarnya sebagian diratakan selama rezim fasis di tahun 1930-an, menampilkan Lengkungan Konstantinus sebagai tengara penting di Via del Trionfi.

Lebih dari dua milenium setelah pembangunannya, Lengkungan Konstantinus terus memperingati kaisar yang telah lama meninggal, pencapaiannya, dan kemenangannya yang tidak menyenangkan. “Ini mengingatkan kita pada momen penting yang mengubah arah Kekaisaran Romawi dan dunia,” imbuh Bileta.