Mengulik Kisah East India Company, Perusahaan Terkuat di Dunia Abad 17

By Sysilia Tanhati, Minggu, 22 Mei 2022 | 16:00 WIB
Menyalahgunakan kekuasaan, kerajaan kemudian mengambil alih East India Company dan membubarkannya di tahun 1874. (Wikipedia)

Namun, pada 1757, perusahaan ini menguasai seluruh negara bagian Benggala Mughal. Robert Clive, yang memimpin 3.000 orang tentara perusahaan, menjadi gubernur Bengal. Ia mulai mengumpulkan pajak dan bea cukai, yang kemudian digunakan untuk membeli barang-barang India dan mengekspornya ke Inggris. Perusahaan kemudian membangun kemenangannya dan mengusir Prancis dan Belanda keluar dari anak benua India.

Pada tahun-tahun berikutnya, East Indian Company secara paksa mencaplok wilayah lain di anak benua itu. Bukan cuma itu, mereka juga menjalin aliansi dengan penguasa wilayah yang tidak dapat mereka taklukkan.

Pada puncaknya, perusahaan ini memiliki pasukan 260.000 (dua kali ukuran tentara tetap Inggris) dan bertanggung jawab atas hampir setengah dari perdagangan Inggris. Sejak itu, India berada di bawah kekuasaan East India Company, yang memilih ‘pedagang-negarawan’ untuk mendikte kebijakan di wilayahnya.

Akan tetapi kesengsaraan finansial dan kesadaran tentang penyalahgunaan kekuasaan perusahaan akhirnya membuat Inggris mencari kendali langsung atas East India Company. Pada tahun 1858, pemerintah Inggris akhirnya mengakhiri aturan perusahaan di India dan dibubarkan pada tahun 1874.

Namun ‘kerusakannya’ sudah menyebar. East India Company terlibat dalam segala hal mulai dari menyebabkan Tiongkok kecanduan opium. Perusahaan menanam opium di India, kemudian secara ilegal mengekspornya ke Tiongkok dengan imbalan barang-barang tertentu.

Perusahaan ini juga melakukan perdagangan budak internasional, mulai dari ekspedisi, mengangkut budak dan menggunakan tenaga kerja budak. Ini terjadi di sepanjang abad ke-17 dan ke-18.

“East India Company mungkin telah dibayangi oleh kapitalisme modern, tetapi warisannya masih terasa di seluruh dunia,” Blakemore menambahkan.