Mengulik Kisah East India Company, Perusahaan Terkuat di Dunia Abad 17

By Sysilia Tanhati, Minggu, 22 Mei 2022 | 16:00 WIB
Menyalahgunakan kekuasaan, kerajaan kemudian mengambil alih East India Company dan membubarkannya di tahun 1874. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id - Ketika diminta untuk menyebutkan satu perusahaan terkuat di dunia, apa yang terlintas dalam benak Anda?

Salah satu perusahaan yang memengaruhi dunia modern adalah East India Company atau Perusahaan Hindia Timur Britania. “Penghasil keuntungan yang sangat besar, perusahaan ini pernah menguasai hampir seluruh anak benua India,” ungkap Erin Blakemore pada National Geographic.

Antara tahun 1600 dan 1874, East India Company menjadi perusahaan terkuat yang paling dikenal dunia. Bayangkan, perusahaan ini dilengkapi dengan tentaranya sendiri, wilayahnya sendiri, dan memegang hampir total perdagangan teh. Minuman yang tidak bisa dilewatkan oleh orang Inggris.

Pada awal abad ke-17, anak benua India dikenal sebagai ‘Hindia Timur’ dipandang sebagai tanah dengan potensi yang tampaknya tak ada habisnya. Hindia Timur saat itu merupakan surga rempah-rempah, kain, dan barang-barang mewah yang dihargai oleh orang Eropa yang kaya raya.

Berkat keahliannya dalam berlayar, Spanyol dan Portugal memegang monopoli perdagangan di Timur Jauh. Inggris berusaha masuk dalam perdagangan itu. Ketika merebut kapal-kapal Armada Spanyol yang dikalahkan pada tahun 1588, jalan bagi monarki pun terbuka.

Pada tahun 1600, sekelompok pengusaha Inggris meminta piagam kerajaan pada Elizabeth I. Piagam itu nantinya akan memberikan izin untuk berlayar ke Hindia Timur atas nama kerajaan dengan imbalan monopoli perdagangan. Para pedagang menyetorkan hampir 70.000 pon uang mereka sendiri untuk membiayai usaha tersebut. “Saat itu, East India Company akhirnya terbentuk,” tambah Blakemore.

Korporasi mengandalkan sistem ‘pabrik’, meninggalkan perwakilan yang disebut ‘faktor’ di belakang untuk mendirikan pos perdagangan. Sistem ini memungkinkan mereka untuk mencari dan menegosiasikan barang.

Berkat perjanjian pada tahun 1613 dengan kaisar Mughal Jahangir, pabrik pertama didirikan di Surat (India Barat). Selama bertahun-tahun, perusahaan mengalihkan perhatiannya dari lada dan rempah-rempah lainnya ke belacu dan kain sutra dan akhirnya teh.

Piagam kerajaan East India Company memberinya kemampuan untuk melancarkan perang. Kekuatan militer ini awalnya digunakan untuk melindungi dirinya sendiri dan melawan pedagang saingan.

 Baca Juga: Akhir dari Dominasi Monopoli Kejam VOC atas Rempah di Pasar Dunia

 Baca Juga: Safron, Rempah Termahal di Dunia yang Terdampak Perubahan Iklim

 Baca Juga: Pagebluk Kolera Mematikan dari India Menjalar ke Nusantara Abad Ke-19

Namun, pada 1757, perusahaan ini menguasai seluruh negara bagian Benggala Mughal. Robert Clive, yang memimpin 3.000 orang tentara perusahaan, menjadi gubernur Bengal. Ia mulai mengumpulkan pajak dan bea cukai, yang kemudian digunakan untuk membeli barang-barang India dan mengekspornya ke Inggris. Perusahaan kemudian membangun kemenangannya dan mengusir Prancis dan Belanda keluar dari anak benua India.

Pada tahun-tahun berikutnya, East Indian Company secara paksa mencaplok wilayah lain di anak benua itu. Bukan cuma itu, mereka juga menjalin aliansi dengan penguasa wilayah yang tidak dapat mereka taklukkan.

Pada puncaknya, perusahaan ini memiliki pasukan 260.000 (dua kali ukuran tentara tetap Inggris) dan bertanggung jawab atas hampir setengah dari perdagangan Inggris. Sejak itu, India berada di bawah kekuasaan East India Company, yang memilih ‘pedagang-negarawan’ untuk mendikte kebijakan di wilayahnya.

Akan tetapi kesengsaraan finansial dan kesadaran tentang penyalahgunaan kekuasaan perusahaan akhirnya membuat Inggris mencari kendali langsung atas East India Company. Pada tahun 1858, pemerintah Inggris akhirnya mengakhiri aturan perusahaan di India dan dibubarkan pada tahun 1874.

Namun ‘kerusakannya’ sudah menyebar. East India Company terlibat dalam segala hal mulai dari menyebabkan Tiongkok kecanduan opium. Perusahaan menanam opium di India, kemudian secara ilegal mengekspornya ke Tiongkok dengan imbalan barang-barang tertentu.

Perusahaan ini juga melakukan perdagangan budak internasional, mulai dari ekspedisi, mengangkut budak dan menggunakan tenaga kerja budak. Ini terjadi di sepanjang abad ke-17 dan ke-18.

“East India Company mungkin telah dibayangi oleh kapitalisme modern, tetapi warisannya masih terasa di seluruh dunia,” Blakemore menambahkan.