Kala JP Coen Berkolusi dengan Bengkong di Batavia hingga VOC Bangkrut

By Utomo Priyambodo, Senin, 23 Mei 2022 | 13:00 WIB
Lambang kebesaran VOC dan Batavia karya Jeroni­mus Becx, 1651. Lambang VOC menampilkan kapal dagang berlayar; di sebelah kiri adalah Dewa Neptunus, di sebelah kanan adalah Dewi Laut, Amphitrite. Sementara itu lambang Batavia menampilkan pedang bermahkota daun laurel; diapit dua singa. (Rijksmuseum, Amsterdam, Belanda)

Nationalgeographic.co.id—Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan Hindia-Belanda yang berdiri pada tahun 1602, adalah kongsi dagang terkaya yang pernah ada dalam sejarah. Sebuah artikel di Dutch Review menyebut bawah kekayaan perusahaan-perusahaan besar saat ini, macam Google, Facebook, ataupun Apple, tidak mampu menandingin kekayaan VOC.

"VOC memiliki nilai saham perusahaan sebesar 78 juta gulden Belanda, itu merupakan nominal yang sangat besar, serta keberhasilan bisnis yang cukup solid," tulis artikel tersebut.

"Pada puncaknya, saham VOC bernilai setara dengan gabungan Apple, Microsoft, Amazon, ExxonMobil, Berkshire Hathaway, Tencent, dan Wells Fargo, dengan total 7,9 triliun dolar AS."

VOC pernah sangat berkuasa di Kota Batavia. Namun di kota ini pula akhirnya VOC mengalami kebangkrutan total dan tidak mampu bangkit lagi. Bukan akibat kalah perang ataupun persaingan perdagangan, melainkan karena para pejabatnya melakukan korupsi.

Kompeni Belanda sempat mendapat kekayaan dan kemakmuran yang melimpah ruah kala menguasai seluruh perdagangan di Batavia. Pamer kekayaan berlangsung di mana-mana.

"Bayangkan, waktu itu untuk keluar rumah saja, seorang nyonya Belanda harus diiringi lima orang budak belian. Budak itu ada yang khusus memayunginya, membawa tempat sirih, tempolong ludah, serta penggotong tandu. Budak-budak ini didatangkan dari Kepulauan Andaman, Malabar, Malaka, dan Goa dengan biaya yang sangat mahal," tulis Zaenuddin HM dalam buku Kisah-Kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe.

Jan Pieterszoon Coen (Bayu Dwi Mardana)

Kalangan elite Belanda juga membangun vila-vila mewah di sekitar Ancol, dekat Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, untuk tempat santai di akhir pekan. Vila-vila itu memiliki puluhan dan bahkan ratusan kamar, karena juga menjadi tempat menginap para budak. Untuk ukuran masa yang cukup lama, penguasa dan orang-orang VOC di Batavia hidup dalam gelimang harta benda serta kemewahan duniawi yang tiada tara.

"Akan tetapi, untuk mencari harta dan kemewahan itu, pejabat Kompeni Belanda mulai melakukan kecurangan-kecurangan. Yakni berkolusi dengan para pengusaha China yang kala itu memainkan peran penting. Di masa kekuasaan Gubernur Jenderal JP Coen, misalnya, kolusi itu dilakukan dengan seorang China bernama Souw Beng Koen alias Bengkong," tulis Zaenuddin.

   

Baca Juga: Belanda Melempar Tahi di Kota Batavia, Lahirlah Tanah Betawi

Baca Juga: Misteri Meriam 'Cabul' Si Jagur yang Dipakai Belanda di Batavia

Baca Juga: Catatan Kelam Batavia, Sepuluh Ribu Orang Tionghoa Dibantai Kompeni

Baca Juga: J.P. Coen Memuji Warga Tionghoa, Namun Mengapa VOC Membantai Mereka?

   

Coen dan Bengkong sering bertemu dan melakukan perdagangan dengan cara licik dan korup, menurut Zainuddin. Uang yang seharusnya masuk ke kas pemerintah VOC, justru masuk ke kantong pribadi mereka.

"Rupaya, mental Coen ini ditiru dan para pejabat bawahannya. Korupsi kemudian dilakukan oleh banyak oknum pejabat VOC dan di hampir seluruh sektor perniagaan. VOC menjadi sarang koruptor. Sejak itulah korupsi kian ganas dan merajalela di Batavia," catat Zaenuddin.

Pada 31 Meil 1799, akibat utang-utang yang menumpuk (utang sebesar 140 juta gulden), VOC dinyatakan bangkrut. Oleh pemerintah Hindia Belanda, kongsi dagang itu akhirnya dibubarkan.

Tamatlah riwayat VOC. Sayangnya, tak terdengar kabar apakah para koruptor itu dihukum gantung. Padahal, pemerintah kolonial Belanda kerap menghukum gantung kaum pribumi yang mereka anggap telah melakukan pelanggaran hukum mereka.