Abaikan Kebijakan, Tentara Romawi Gagal Jaga Perbatasan dari Suku Goth

By Sysilia Tanhati, Senin, 23 Mei 2022 | 14:02 WIB
Bangsa Romawi sebenarnya sudah memiliki kebijakan mengenai imigran namun diabaikan oleh tentara di perbatasan. (Eduard Bendemann)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah karavan Goth—Thervingi dan Greuthungi—berkumpul di sepanjang sungai Danube, di perbatasan Kekaisaran Romawi.

Goth, koalisi suku Jermanik yang merupakan musuh lama Romawi, memohon untuk diterima di wilayah Romawi. Takut kehilangan nyawa, mereka berharap mendapatkan perlindungan di seberang sungai.

Apa yang menyebabkan mereka mengungsi ke wilayah Romawi?

Sekelompok suku Goth ternyata melarikan diri dari musuh yang semakin dekat di belakang mereka. Musuh itu adalah pasukan Hun yang tidak terkalahkan dan bengis.

Ini terjadi di tahun 376. Tanggapan orang Romawi atas pengungsi ini berdampak besar pada sejarah Kekaisaran Romawi yang luas dan kuat.

Keamanan perbatasan Romawi secara historis efektif, bukan karena hambatan besar, tetapi karena mereka tahu bagaimana mengelola arus migrasi. “Namun kedatangan Goth di tahun 376 menunjukkan apa yang terjadi ketika kebijakan perbatasan yang baik diabaikan,” ungkap Cavan W. Concannon dilansir dari laman Ancient Origins.

Keamanan perbatasan Romawi Kuno

Kedatangan suku-suku Goth ini menciptakan krisis bagi Kekaisaran Romawi akhir. Bagaimana caranya? Untuk memahaminya, pertama-tama kita harus mulai dengan bagaimana bangsa Romawi menangani migrasi suku-suku baru ke wilayah mereka.

Perbatasan Kekaisaran Romawi terus berubah dan selalu dikelola secara fleksibel. Ini terjadi karena kesulitan mengawasi perbatasan besar tanpa teknologi canggih.

Kontrol perbatasan Romawi jarang menggunakan tembok besar, tetapi bergantung pada penghalang alami di lanskap. Ini terutama berlaku di perbatasan utara, yang sangat bergantung pada sungai Rhine dan Danube. Perbatasan Romawi adalah transisi bertahap lebih dari garis keras dan cepat.

Ketika suku-suku yang bermigrasi meminta untuk diterima di kekaisaran, orang Romawi cenderung mengikuti kebijakan yang cukup standar. Suku-suku dipecah menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan dikirim ke daerah-daerah yang berpenduduk sedikit. Mereka dipaksa untuk menyerahkan senjata, melepaskan kesetiaan kepada para pemimpin suku, dan menyerahkan sejumlah prajurit kepada legiun Romawi.

Kebijakan ini berlangsung selama berabad-abad di kekaisaran tanpa adanya masalah yang berarti. Dengan mengurangi loyalitas suku dan melucuti senjata pendatang, Romawi memperkuat ekonomi, meningkatkan pendapatan pajak, dan memperkuat militer.