Nationalgeographic.co.id—Bangkai seekor paus berparuh yang jarang terlihat, baru-baru ini ditemukan terdampar di pantai California dengan luka misterius di wajahnya dan bekas goresan di sekujur tubuhnya. Para ahli tidak yakin apa yang menyebabkan luka-luka ini, bagaimana paus itu mati, atau bahkan jenis spesies cetacea berhidung runcing ini.
Sisa-sisa paus yang panjangnya sekitar 4,9 meter itu ditemukan pada 15 Mei 2022 di sebuah pantai di Jug Handle State Natural Reserve dekat Fort Bragg. Sebuah tim dari Noyo Center for Marine Science terdekat menemukan bangkai paus yang mirip lumba-lumba itu dengan bantuan dari para peneliti di California Academy of Sciences (CAS) di San Francisco.
Tim tersebut mengumpulkan sampel lemak, organ, dan tengkorak paus. Mereka kemudian mengirimkannya ke National Marine Mammal Tissue Bank, Carolina Selatan, untuk dianalisis lebih lanjut.
Sedikit yang diketahui tentang paus misterius ini, yang termasuk dalam famili Ziphiidae. Para ilmuwan berpikir ada sekitar dua lusin spesies dalam famili ini, tetapi hanya beberapa spesies, termasuk paus berparuh Baird (Berardius bairdii) dan paus berparuh Cuvier (Ziphius cavirostris), telah dipelajari secara ekstensif.
Para ilmuwan tahu bahwa paus-paus ini dapat "menyelam lebih dalam daripada mamalia laut lainnya," menurut postingan Facebook oleh Noyo Center. Selain itu, paus-paus ini juga dapat bertahan di bawah air selama lebih dari tiga jam.
Kemampuan menyelam yang luar biasa ini adalah salah satu alasan utama mengapa para ilmuwan hanya tahu sedikit tentang paus berparuh. "Mereka tidak sering terlihat, hidup atau mati," yang membuat paus yang terdampar ini "sangat penting," ujar Moe Flannery, manajer koleksi senior untuk burung dan mamalia laut di CAS, seperti diberitakan SFGate.
Baca Juga: Kapal Pengiriman Barang Jadi Alasan Turunnya Populasi Hiu Paus Dunia
Baca Juga: Potensi Wisata Bernilai Jutaan Dolar AS di Laut Sawu dan Rajaampat
Baca Juga: Mengenal Paus Bertanduk , Si 'Unicorn' Lautan yang Misterius
Spesimen yang baru-baru ini terdampar kemungkinan besar adalah paus berparuh Hubbs (Mesoplodon carlhubbsi) atau paus berparuh Stejneger (Mesoplodon stejnegeri), kata Flannery kepada SFGate. Namun, bisa juga paus berparuh bergigi ginkgo (Mesoplodon ginkgodens) atau paus berparuh kerdil (Mesoplodon peruvianus), menurut Sascha Hooker, ahli biologi mamalia laut di University of St. Andrews di Skotlandia yang tidak terlibat dalam proses pengambilan sampel bangkai paus tersebut. Mengurutkan DNA dari sampel jaringan paus akan membantu menentukan secara tepat paus tersebut berjenis apa.
Tim dari Noyo Center mencatat bahwa paruh paus itu memiliki luka yang tidak biasa dan tampak mengerikan di sekitarnya, tetapi para ilmuwan tidak dapat mengetahui apa yang menyebabkan luka tersebut. "Tampaknya ada beberapa trauma di dekat rahang, tetapi sampai mereka melihat lebih dekat pada tengkorak itu sendiri, sulit untuk mengatakan dari mana asalnya," ujar Trey Petrey, manajer fasilitas interpretatif di Noyo Center yang membantu mengeluarkan paus mati itu dari pantai.
Salah satu kemungkinan penyebab cedera paus itu adalah serangan kapal. Paus berparuh dan cetacea lainnya (kelompok yang mencakup paus, lumba-lumba, dan porpoise) adalah salah satu kelompok hewan laut yang paling berisiko ditabrak perahu karena mereka menggunakan suara untuk navigasi dan polusi suara dari kapal dapat membuat mereka bingung, menurut sebuah Studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science.