Misteri Paus Berparuh yang Mati dengan Luka yang Tidak Biasa

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 28 Mei 2022 | 14:00 WIB
Bangkai paus berpauh dengan luka-luka yang tidak biasa. (Noyo Center for Marine Science)

Menurut Hooker, akan sulit untuk mengetahui apakah luka paus yang mati itu disebabkan sebelum atau setelah tubuhnya terdampar di pantai.

Bangkai paus yang mati itu telah rusak oleh goresan yang menutupi wajah dan tubuhnya. Namun sebagian besar goresan ini, yang dikenal sebagai tanda garu, kemungkinan disebabkan oleh paus berparuh lainnya dari waktu ke waktu.

Kebanyakan paus berparuh tidak bergigi kecuali sepasang gigi besar seperti gading di rahang bawahnya. Gigi-gigi ini biasanya eksklusif untuk paus jantan, yang menggunakannya untuk melawan saingan reproduksi, kata Hooker.

Ada kemungkinan bahwa bekas goresan pada cetacea yang mati ini ditimbulkan selama duel sebelumnya, tambahnya, meskipun belum diketahui apakah paus yang mati itu jantan atau betina. Mungkin juga beberapa goresan disebabkan oleh serangan kapal di masa lalu yang tidak mematikan.

"Sulit untuk membedakannya dari foto, tetapi kondisi tubuhnya terlihat agak buruk," dengan tulang punggung tampak cukup menonjol di beberapa gambar, kata Hooker seperti dikutip dari Live Science. Ini bisa menunjukkan bahwa paus itu telah berjuang untuk menemukan makanan atau berpotensi menelan plastik, yang telah menjadi masalah besar bagi paus berparuh, katanya. Analisis isi perut paus akan menentukan apakah ini berperan dalam kematiannya.

Detail penting lain dari bangkai paus yang terdampar ini adalah keberadaan seekor kutu paus di kulit cetacea. Kutu-kutu paus adalah udang parasit kecil yang menempel pada cetacea dan menjalani seluruh hidup mereka menempel pada kulit satu individu, di mana mereka menyaring mikroba dari air dan kadang-kadang menggigit kulit inangnya.

Dalam sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, para ilmuwan menemukan bahwa kutu paus, yang seringkali spesifik untuk satu spesies cetacea, dapat dianalisis untuk melacak pola migrasi paus. Akan tetapi tidak diketahui apakah kutu pada paus berparuh yang mati itu telah menyimpan catatan perjalanan inangnya.

Meski demikian, para peneliti di Noyo Center berharap banyak yang bisa dipelajari tentang paus paruh dari peristiwa malang ini.