Misteri Paus Berparuh yang Mati dengan Luka yang Tidak Biasa

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 28 Mei 2022 | 14:00 WIB
Bangkai paus berpauh dengan luka-luka yang tidak biasa. (Noyo Center for Marine Science)

Nationalgeographic.co.id—Bangkai seekor paus berparuh yang jarang terlihat, baru-baru ini ditemukan terdampar di pantai California dengan luka misterius di wajahnya dan bekas goresan di sekujur tubuhnya. Para ahli tidak yakin apa yang menyebabkan luka-luka ini, bagaimana paus itu mati, atau bahkan jenis spesies cetacea berhidung runcing ini.

Sisa-sisa paus yang panjangnya sekitar 4,9 meter itu ditemukan pada 15 Mei 2022 di sebuah pantai di Jug Handle State Natural Reserve dekat Fort Bragg. Sebuah tim dari Noyo Center for Marine Science terdekat menemukan bangkai paus yang mirip lumba-lumba itu dengan bantuan dari para peneliti di California Academy of Sciences (CAS) di San Francisco.

Tim tersebut mengumpulkan sampel lemak, organ, dan tengkorak paus. Mereka kemudian mengirimkannya ke National Marine Mammal Tissue Bank, Carolina Selatan, untuk dianalisis lebih lanjut.

Sedikit yang diketahui tentang paus misterius ini, yang termasuk dalam famili Ziphiidae. Para ilmuwan berpikir ada sekitar dua lusin spesies dalam famili ini, tetapi hanya beberapa spesies, termasuk paus berparuh Baird (Berardius bairdii) dan paus berparuh Cuvier (Ziphius cavirostris), telah dipelajari secara ekstensif.

Para ilmuwan tahu bahwa paus-paus ini dapat "menyelam lebih dalam daripada mamalia laut lainnya," menurut postingan Facebook oleh Noyo Center. Selain itu, paus-paus ini juga dapat bertahan di bawah air selama lebih dari tiga jam.

Kemampuan menyelam yang luar biasa ini adalah salah satu alasan utama mengapa para ilmuwan hanya tahu sedikit tentang paus berparuh. "Mereka tidak sering terlihat, hidup atau mati," yang membuat paus yang terdampar ini "sangat penting," ujar Moe Flannery, manajer koleksi senior untuk burung dan mamalia laut di CAS, seperti diberitakan SFGate.

Baca Juga: Kapal Pengiriman Barang Jadi Alasan Turunnya Populasi Hiu Paus Dunia

Baca Juga: Potensi Wisata Bernilai Jutaan Dolar AS di Laut Sawu dan Rajaampat

Baca Juga: Mengenal Paus Bertanduk , Si 'Unicorn' Lautan yang Misterius

Spesimen yang baru-baru ini terdampar kemungkinan besar adalah paus berparuh Hubbs (Mesoplodon carlhubbsi) atau paus berparuh Stejneger (Mesoplodon stejnegeri), kata Flannery kepada SFGate. Namun, bisa juga paus berparuh bergigi ginkgo (Mesoplodon ginkgodens) atau paus berparuh kerdil (Mesoplodon peruvianus), menurut Sascha Hooker, ahli biologi mamalia laut di University of St. Andrews di Skotlandia yang tidak terlibat dalam proses pengambilan sampel bangkai paus tersebut. Mengurutkan DNA dari sampel jaringan paus akan membantu menentukan secara tepat paus tersebut berjenis apa.

Tim dari Noyo Center mencatat bahwa paruh paus itu memiliki luka yang tidak biasa dan tampak mengerikan di sekitarnya, tetapi para ilmuwan tidak dapat mengetahui apa yang menyebabkan luka tersebut. "Tampaknya ada beberapa trauma di dekat rahang, tetapi sampai mereka melihat lebih dekat pada tengkorak itu sendiri, sulit untuk mengatakan dari mana asalnya," ujar Trey Petrey, manajer fasilitas interpretatif di Noyo Center yang membantu mengeluarkan paus mati itu dari pantai.

Salah satu kemungkinan penyebab cedera paus itu adalah serangan kapal. Paus berparuh dan cetacea lainnya (kelompok yang mencakup paus, lumba-lumba, dan porpoise) adalah salah satu kelompok hewan laut yang paling berisiko ditabrak perahu karena mereka menggunakan suara untuk navigasi dan polusi suara dari kapal dapat membuat mereka bingung, menurut sebuah Studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science.

Menurut Hooker, akan sulit untuk mengetahui apakah luka paus yang mati itu disebabkan sebelum atau setelah tubuhnya terdampar di pantai.

Bangkai paus yang mati itu telah rusak oleh goresan yang menutupi wajah dan tubuhnya. Namun sebagian besar goresan ini, yang dikenal sebagai tanda garu, kemungkinan disebabkan oleh paus berparuh lainnya dari waktu ke waktu.

Kebanyakan paus berparuh tidak bergigi kecuali sepasang gigi besar seperti gading di rahang bawahnya. Gigi-gigi ini biasanya eksklusif untuk paus jantan, yang menggunakannya untuk melawan saingan reproduksi, kata Hooker.

Ada kemungkinan bahwa bekas goresan pada cetacea yang mati ini ditimbulkan selama duel sebelumnya, tambahnya, meskipun belum diketahui apakah paus yang mati itu jantan atau betina. Mungkin juga beberapa goresan disebabkan oleh serangan kapal di masa lalu yang tidak mematikan.

"Sulit untuk membedakannya dari foto, tetapi kondisi tubuhnya terlihat agak buruk," dengan tulang punggung tampak cukup menonjol di beberapa gambar, kata Hooker seperti dikutip dari Live Science. Ini bisa menunjukkan bahwa paus itu telah berjuang untuk menemukan makanan atau berpotensi menelan plastik, yang telah menjadi masalah besar bagi paus berparuh, katanya. Analisis isi perut paus akan menentukan apakah ini berperan dalam kematiannya.

Detail penting lain dari bangkai paus yang terdampar ini adalah keberadaan seekor kutu paus di kulit cetacea. Kutu-kutu paus adalah udang parasit kecil yang menempel pada cetacea dan menjalani seluruh hidup mereka menempel pada kulit satu individu, di mana mereka menyaring mikroba dari air dan kadang-kadang menggigit kulit inangnya.

Dalam sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Marine Biology and Ecology, para ilmuwan menemukan bahwa kutu paus, yang seringkali spesifik untuk satu spesies cetacea, dapat dianalisis untuk melacak pola migrasi paus. Akan tetapi tidak diketahui apakah kutu pada paus berparuh yang mati itu telah menyimpan catatan perjalanan inangnya.

Meski demikian, para peneliti di Noyo Center berharap banyak yang bisa dipelajari tentang paus paruh dari peristiwa malang ini.