Mengapa Jalan Raya Pos Berbelok Melewati Bogor, Cipanas, dan Bandung?

By National Geographic Indonesia, Minggu, 29 Mei 2022 | 13:00 WIB
Lukisan karya Raden Saleh tentang Jalan Raya Pos sekitar Megamendung pada 1876. Dari Batavia, Jalan raya Pos membelok ke selatan melalui Bogor, Cipanas, Cianjur, dan Bandung. (Koleksi Ehrenburg Palace)

Oleh Ady Setyawan—Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos

   

Nationalgeographic.co.id—Bandung memiliki alasan menarik di balik peta Jalan Raya Pos. Jalan raya ini memang tidak sepenuhnya membentang sepanjang pantai utara Jawa—atau yang populer dengan tengara Jalan Raya Pantura.

Jalan yang bermula di Anyer ini menuju ke arah timur menuju Batavia, kini Jakarta. Akan tetapi, dari kota ini Jalan Raya Pos tidak mengarah ke timur, melainkan berubah arah menuju selatan. Jalan ini menuju Bogor menanjak ke arah Puncak, Cianjur, dan Bandung. Kemudian, jalan raya ini kembali mendekati pantai utara melalui Pasirmuncang, Sumedang, Karangsembung, dan tiba di pesisir Cirebon.

Apa yang membuat Bandung begitu istimewa dalam jalur Jalan Raya Pos? Demi menggali jawabnya, saya menjumpai Kang Atep Kurnia, seorang penulis buku-buku sejarah terkait kawasan Priangan. Sejak 2018 sampai hari ini Kang Atep telah menerbitkan delapan buku pribadi, dan lebih dari 20 buku yang disusun bersama dengan penulis lain.

Kang Atep mencermati arsip-arsip terkait Bandung dan Jalan Raya Pos. Jalur di selatan Batavia ini melintasi kawasan subur penghasil kekayaan alam yang penting, ungkapnya. Bahkan, menurut Kang Atep, bukan hanya soal komoditi yang mengisi pundi-pundi kekuasaan kolonial, tetapi juga persoalan yang personal. Contohnya, kawasan Cipanas yang dikenal sebagai penghasil sayur-sayuran terbaik yang dihidangkan di meja para pejabat Istana Bogor bahkan sampai Kota Batavia.

Joseph Arnold, seorang dokter Inggris yang juga seorang penikmat botani, mencatat jurnal harian berjudul The Java Journal of dr Joseph Arnold. Catatan perjalanan ini diungkap John Bastin dalam Journal of the Royal Asiatic Society, Vol 46, no 1 yang terbit pada 1973.

Singgah di Titik Nol Kilometer Kota Bandung. Kota yang berkembang berkat perkebunan-perkebunan Hindia Belanda. (Ady Setyawan)

Si dokter Inggris ini mengungkapkan bahwa Cipanas seolah menjadi kebun pemerintah kolonial. "Tampaknya sungguh sebuah upaya yang luar biasa menyulitkan, buah dan sayuran setiap hari dikirimkan oleh lima orang dari tempat ini menuju Buitenzorg dan terkadang hingga tiba di Batavia sejauh 70 mil hanya demi menyuplai meja makan Gubernur," tulisnya.

Cipanas sebagai penghasil sayur terbaik masih terus terekam dalam catatan Mayor William Thorn dalam Memoirs of the Conquest of Java, 1815. Bahkan, Pramoedya Ananta Toer pun mencatatnya dalam Jalan Raya Pos Jalan Daendels, 2005.

Ady Setyawan berhenti sejenak untuk menekuri tengara pembangunan Jalan Raya Pos di Sumedang. Menurut inskripsi monumen ini, proyek pembobokan bukit dikerjakan pada akhir 1810 hingga awal 1811. (Hadi Saputro)

Jalan yang membelah gunung-gunung antara Bogor dan Bandung ini tercatat sebelum dibangunnya Jalan Raya Pos. Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck sekitar Agustus sampai September 1713 mengadakan perjalanan dari Bogor ke Bandung guna mencari tambang belerang di Gunung Papandayan dan Gunung Tangkuban Perahu.