Riebeeck juga mengadakan pertemuan dengan para Bupati Priangan di Bandung guna membahas perluasan budidaya kopi, demikian catat F. de Haan. Sejarawan Belanda ini mencatat dalam bukunya bertajuk Priangan de preanger-regentschappen onder het Nederlandsch bestuur tot 1811, Vol II yang terbit pada 1911. Kendati tidak dijelaskan dengan detail bagaimana kondisi jalan yang ada pada masa kunjungan ini, tentu kita bisa menduga situasinya jauh lebih menantang dibandingkan hari ini.
Baca Juga: Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota
Baca Juga: Preangerstelsel: Saat Kopi jadi Kekuatan Ekonomi di Hindia-Belanda
Baca Juga: Herman Willem Daendels dalam Pemberantasan Korupsi di Hindia Belanda
Baca Juga: Riwayat Orang Belanda Menanam Kopi Priangan yang Sohor di Eropa
Bagaimana situasi kota Bandung pada awal abad ke-18? Kota ini berada di barat daya Cirebon, lebih tepatnya pedalaman Jawa Barat. Cirebon, Cianjur dan Sumedang merupakan kabupaten di bentang kawasan Jaccatrasche en Preanger Bovenlanden. Belanda memulai budi daya kopi di Priangan pada 1706-1707. Semenjak itulah Bandung tumbuh menjadi sentra perkebunan kopi terbesar kedua setelah Cianjur.
Demi mengeruk keuntungan ekonomi dari perkebunan-perkebunan sekitar Bandung, Herman Willem Daendels memutuskan membelokkan Jalan Raya Pos ke arah selatan Batavia. Dari Bandung, saya menyusuri jalan ini menuju kota pesisir utara Jawa, Cirebon.
Pada 25 Mei 2022, Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos bermula. Perjalanan dengan dua jentera ini berawal dari Anyer, menyinggahi beberapa kota sampai Panarukan. Perhelatan ini merupakan program #SayaPejalanBijak yang menggandeng Intisari dan National Geographic Indonesia, serta didukung oleh Royal Enfield. Simak jurnal hariannya di akun Instagram @SayaPejalanBijak dan @IntisariOnline.