Apa yang Terjadi Ketika Julius Caesar Diculik Bajak Laut Kilikia

By Sysilia Tanhati, Selasa, 31 Mei 2022 | 14:00 WIB
Pada masa Romawi, bajak laut di Mediterania bukanlah ancaman utama selama dapat dikendalikan. (Bardo National Museum)

 

Nationalgeographic.co.id—Pada masa Romawi , bajak laut di Mediterania bukanlah ancaman utama selama dapat dikendalikan. Biasanya angkatan laut yang kuat dapat mengatasi potensi ancaman bajak laut yang seringkali meresahkan ini.

Namun, pada akhir abad ke-2 Sebelum Masehi, bajak laut menjadi lebih merajalela dan semakin berbahaya berbahaya. “Mereka mulai mengacaukan Mediterania, terutama di bagian timur,” ungkap Wu Mingren dilansir dari laman Ancient Origins. Fenomena ini berlanjut hingga abad ke-1 Sebelum Masehi, sampai Pompeius turun tangan untuk mengatasinya.

Mungkin salah satu kisah yang sulit dilupakan oleh bangsa Romawi adalah saat Julius Caesar diculik oleh bajak laut Kilikia.

Kurangnya kekuatan angkatan laut membuat Mediterania tak berdaya

Di akhir abad ke-2 Sebelum Masehi, tidak ada kekuatan angkatan laut yang signifikan di Mediterania. Kartago telah jatuh ke tangan Romawi pada 246 Sebelum Masehi. Sedangkan Kekaisaran Seleukia Helenistik dan Kerajaan Ptolemeus mengalami kemunduran.

Meskipun Romawi adalah kekuatan dominan di Mediterania saat itu, mereka tidak memiliki angkatan laut yang kuat. Selain itu, perang antara Romawi dan Kekaisaran Seleukia selama awal abad ke-2 juga menimbulkan kekacauan di Mediterania.

Semua kekacauan dan angkatan laut yang lemah memperburuk masalah bajak laut di Mediterania. Tetapi kedua hal tersebut bukan faktor utama. Romawi mengandalkan para perompak lautan itu dalam hal pengadaan budak. Bagaimana caranya?

Bajak laut sering mengincar kapal dagang yang lambat. Biasanya target mereka adalah kapal yang mengangkut gandum dari Mesir ke Italia. Setelah menyerang, awak kapal biasanya akan dibawa ke pulau Yunani Delos. “Pulau ini merupakan pusat perdagangan budak internasional pada saat itu,” Mingren menambahkan. Budak yang dijual ke elit Romawi untuk bekerja di perkebunan di Italia.

Bajak laut mengambil alih benteng di Mediterania

Perompak di Mediterania awalnya menduduki benteng mereka di Kreta (di Mediterania timur) dan di Kepulauan Balearic (di Mediterania barat). Kemudian, Kilikia barat dijadikan sebagai basis operasi. Dari situlah para perompak memperoleh nama 'bajak laut Kilikia'.

Seperti disebutkan, para perompak biasanya akan menangkap awak kapal dan menjualnya sebagai budak. Lain halnya dengan tawanan kaya atau memiliki posisi penting. Alih-alih dijadikan budak, mereka ditahan sebagai sandera untuk mendapatkan sejumlah uang tebusan.

Julius Caesar disandera

Salah satu sandera bajak laut Kilikia yang paling terkenal adalah Julius Caesar. Pada 75 Sebelum Masehi, ia ditangkap oleh bajak laut Kilikia saat dalam perjalanan ke Rhodes.

Calon diktator Romawi yang berusia 25 tahun pada waktu itu melakukan perjalanan untuk mengasah kemampuan berpidatonya.

Para perompak menuntut tebusan 20 talenta (setara dengan 900.000 dolar Amerika). Tak ayal lagi, jumlah tuntutan itu membuat Caesar tertawa. Ia mengatakan bahwa mereka tidak tahu siapa dia. Caesar bahkan menawarkan untuk membayar tebusan dua kali lipatnya.

Tidak seperti tawanan biasa, Caesar berperilaku seolah tidak terjadi apa-apa. Ia tetap melakukan kebiasaannya sehari-hari selama 38 hari ditawan.

Misalnya, ketika ingin tidur, Caesar akan menyuruh bajak laut itu berhenti berbicara. Ia pun tidak sungkan untuk menegur jika mereka gagal menghargai puisi dan pidato yang ditulisnya.

Konon dalam berbagai kesempatan Caesar bahkan mengancam akan menggantung para bajak laut itu. Ini dilakukannya sambil tertawa. Para perompak menoleransi, bahkan senang. Keberanian Caesar dikaitkan dengan ‘kesederhanaan dan kegembiraan kekanak-kanakan’.

Akhirnya, uang tebusan tiba dan Caesar dibebaskan di Miletus. Tidak menunggu lama, Caesar mengambil alih komando beberapa kapal dan berlayar dari pelabuhan melawan bajak laut. Ketika bajak laut Kilikia ditemukan, ia menangkap dan memasukkan mereka ke penjara di Pergamon.

Karena di bawah yurisdiksinya, Caesar mengizinkan gubernur Marcus Junius untuk menghukum bajak laut. Melihat keraguan sang Gubernur, Caesar mengambil tindakan sendiri. Ia pun menyuruh para perompak dikeluarkan dari penjara dan disalibkan.

Perlawanan Romawi terhadap bajak laut setelah penculikan Julius Caesar

Tidak lama setelah penculikan Caesar, Romawi mengirim ekspedisi melawan bajak laut. Publius Servilius Vatia, misalnya, dikirim untuk melawan para perompak di Kilikia. Namun sayangnya ia gagal memberikan pukulan terakhir pada para perompak itu. Saat itu, perang telah pecah antara Romawi dan Mithridates VI dari Pontus.

      

Baca Juga: Hanya Menyeberangi Sungai Kecil, Julius Caesar Memulai Perang Panjang

Baca Juga: Julius Caesar, Akhir yang Berdarah dari Seorang Diktator Romawi

Baca Juga: Cato Muda, Musuh Abadi Caesar, Pemimpin Romawi Jujur di Era Korup

Baca Juga: Apakah Kaisar Romawi Julius Caesar Hancurkan Perpustakaan Aleksandria?

      

Selain Kilikia, bajak laut Kreta diserang oleh Quintus Caecilius. Pulau itu pun menjadi provinsi Romawi pada 67 Sebelum Masehi.

Akhir dari bajak laut Kilikia

Jatuhnya Kreta ternyata memengaruhi kejayaan perompak Kilikia. Pompeius diberikan kekuatan luar biasa untuk melawan bajak laut yang mengancam pasokan makanan Romawi.

Dengan cepat, Pompeius mengalahkan perompak itu. Tidak seperti Caesar, Pompeius memperlakukan bajak laut yang kalah dengan cara yang sangat berbeda. Ia mengerti bahwa para perompak, setelah kehilangan basis di Kilikia, menjadi terkatung-katung.

Alih-alih membunuh mereka, Pompeius memutuskan untuk menempatkan para bajak laut di pedalaman. “Para bajak laut itu pun melayani Romawi dengan bertani,” imbuh Mingren. Dengan demikian, bajak laut Kilikia tidak lagi menjadi masalah bagi Romawi.