Weltenschauung Pancasila dan Cita-cita Segenap Bangsa Indonesia

By Galih Pranata, Rabu, 1 Juni 2022 | 09:00 WIB
Pidato Soekarno pada Kongres Amerika, 17 Mei 1956, mengenalkan Pancasila dalam bahasa Inggris. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Jerome Ashmore dalam jurnalnya berjudul Three Aspects of Weltanschauung (2016), menyebut Weltanschauung sebagai suatu paradigma atau pandangan hidup bagi seseorang atau kelompok.

Weltanschaaung berupa pandangan hidup yang tertanam dalam diri seseorang atau kelompok tentang alam semesta atau lingkungan sekitarnya. Bagi Ashmore, "Weltanschauung mengendap dan mengkristal—tertanam kuat dalam pikiran seseorang atau kelompok."

Pandangan ini tentunya sejalan dengan kelahiran Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sejak dicetuskannya pada Sidang BPUPKI I, Pancasila muncul sebagai jerih pemikiran segenap tokoh bangsa.

Sebuah mimbar di gedung Chuo Sangi In yang kini menjadi Gedung Pancasila menjadi saksi Soekarno menjelaskan lima gagasan Negara Indonesia selama satu jam. 

Pidato mengenai lima dasar Negara Indonesia dilakukan di hadapan 65 anggota Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI) pada Rapat Besar BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat.

Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pidato Soekarno berisi harapan besar Soekarno bagi Indonesia untuk merdeka. Dari sana, muncul semangat Pancasila yang dikemas dalam suatu Weltanschaaung. 

"Soekarno menyebut bahwa Weltanschauung itu dekat dengan ideologi," tulis Yudi Latif dalam bukunya Revolusi Pancasila yang terbit pada tahun 2015. Kelekatan itu yang membuat Pancasila disebut sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).

Weltanschaaung Pancasila berarti penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai etika hidup bangsa Indonesia. Pancasila yang memiliki nilai keluhuran, diharapkan oleh Soekarno untuk menjadi pandangan hidup segenap bangsa Indonesia.

Utamanya, Soekarno mengumandangkan kepercayaannya, bahwa "Weltanschauung Pancasila harus tertanam dalam jati diri bangsa sebagai bekal persatuan dan kesatuan," imbuhnya.

Sigit Aris Prasetyo menulis dalam bukunya berjudul Bung Karno dan Revolusi Mental (1977), menggambarkan bahwa Soekarno telah memperdengarkan keluhuran sila-sila dasar negara Republik Indonesia pada Kongres Amerika 1956.

Pidato Soekarno yang memperkenalkan lima dasar negara Republik Indonesia pada Kongres Amerika yang diselenggarakan pada 1956. (Wikimedia Commons)

Dalam bahasa Inggris, Soekarno memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dalam pidatonya, ia menyebut lima dasar negaranya: Believe In God, Nasionalism, Humanity, Democracy dan Social Justice.