Tepat saat Soekarno selesai membacakan sila-silanya, seluruh peserta kongres memberikan tepuk tangan yang lambat dan panjang. Pancasila telah diperkenalkan kepada dunia!
Sejatinya, Weltanschauung Pancasila berisi tentang harapan-harapan. Di dalam butir sila-silanya, mengandung cita-cita segenap bangsa Indonesia. Berharap agar nilai-nilainya bisa sampai dalam sanubari dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pandangan hidup, harapan tentang menjadi pribadi bangsa yang berbudi pekerti jadi alasan Soekarno percaya terhadap Pancasila. "Ada banyak nilai yang digali dari Pancasila dan dari sana kepribadian bangsa lahir," terusnya.
Baca Juga: Ideologi Pancasila, Pemikiran Mendalam Soekarno yang Kini Mulai Pudar
Baca Juga: Di Bawah Rindangnya Pohon Sukun, Buah Pemikiran Pancasila Itu Lahir
Baca Juga: Gagasan Daulat Pangan Sukarno, Lagu Pengiringnya, dan Masa Depan
Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?
Pandangan hidup atau Weltanschauung Pancasila dapat mendorong persatuan dan kesatuan. Adanya saling menghargai atas segala keberagaman, dan memandang perbedaan sebagai warna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lewat persatuan, hilangnya radikalisme dan krisis moral bangsa menjadi cita-cita bagi segenap bangsa Indonesia. Weltanschauung Pancasila adalah salah satu jawabannya.
Hanya saja, untuk menciptakan suatu Weltanschauung, masyarakat perlu pendekatan yang lebih intensif. Jerome Ashmore menyebut bahwa untuk mencipta Weltanschauung bukanlah pekerjaan mudah.
Melalui pendidikan sejak dini, anak-anak hingga remaja perlu didekatkan dengan Pancasila. Penyampaian pengamalannya harus sampai kepada mereka. Inilah salah satu cara untuk membangun lingkungan yang Pancasilais.
Menurut Ashmore, "untuk memungkinkannya, Weltenschauung bisa lahir dari iklim lingkungan yang mendukung." Maka dari itu, perlunya menciptakan lingkungan yang Pancasilais agar harapan-harapan bangsa bisa terwujud dari Weltanschauung Pancasila.