Nationalgeographic.co.id—Jerome Ashmore dalam jurnalnya berjudul Three Aspects of Weltanschauung (2016), menyebut Weltanschauung sebagai suatu paradigma atau pandangan hidup bagi seseorang atau kelompok.
Weltanschaaung berupa pandangan hidup yang tertanam dalam diri seseorang atau kelompok tentang alam semesta atau lingkungan sekitarnya. Bagi Ashmore, "Weltanschauung mengendap dan mengkristal—tertanam kuat dalam pikiran seseorang atau kelompok."
Pandangan ini tentunya sejalan dengan kelahiran Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sejak dicetuskannya pada Sidang BPUPKI I, Pancasila muncul sebagai jerih pemikiran segenap tokoh bangsa.
Sebuah mimbar di gedung Chuo Sangi In yang kini menjadi Gedung Pancasila menjadi saksi Soekarno menjelaskan lima gagasan Negara Indonesia selama satu jam.
Pidato mengenai lima dasar Negara Indonesia dilakukan di hadapan 65 anggota Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI) pada Rapat Besar BPUPKI yang dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat.
Dikutip dari laman Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pidato Soekarno berisi harapan besar Soekarno bagi Indonesia untuk merdeka. Dari sana, muncul semangat Pancasila yang dikemas dalam suatu Weltanschaaung.
"Soekarno menyebut bahwa Weltanschauung itu dekat dengan ideologi," tulis Yudi Latif dalam bukunya Revolusi Pancasila yang terbit pada tahun 2015. Kelekatan itu yang membuat Pancasila disebut sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).
Weltanschaaung Pancasila berarti penanaman nilai-nilai Pancasila sebagai etika hidup bangsa Indonesia. Pancasila yang memiliki nilai keluhuran, diharapkan oleh Soekarno untuk menjadi pandangan hidup segenap bangsa Indonesia.
Utamanya, Soekarno mengumandangkan kepercayaannya, bahwa "Weltanschauung Pancasila harus tertanam dalam jati diri bangsa sebagai bekal persatuan dan kesatuan," imbuhnya.
Sigit Aris Prasetyo menulis dalam bukunya berjudul Bung Karno dan Revolusi Mental (1977), menggambarkan bahwa Soekarno telah memperdengarkan keluhuran sila-sila dasar negara Republik Indonesia pada Kongres Amerika 1956.
Dalam bahasa Inggris, Soekarno memperkenalkan Pancasila kepada dunia. Dalam pidatonya, ia menyebut lima dasar negaranya: Believe In God, Nasionalism, Humanity, Democracy dan Social Justice.
Tepat saat Soekarno selesai membacakan sila-silanya, seluruh peserta kongres memberikan tepuk tangan yang lambat dan panjang. Pancasila telah diperkenalkan kepada dunia!
Sejatinya, Weltanschauung Pancasila berisi tentang harapan-harapan. Di dalam butir sila-silanya, mengandung cita-cita segenap bangsa Indonesia. Berharap agar nilai-nilainya bisa sampai dalam sanubari dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pandangan hidup, harapan tentang menjadi pribadi bangsa yang berbudi pekerti jadi alasan Soekarno percaya terhadap Pancasila. "Ada banyak nilai yang digali dari Pancasila dan dari sana kepribadian bangsa lahir," terusnya.
Baca Juga: Ideologi Pancasila, Pemikiran Mendalam Soekarno yang Kini Mulai Pudar
Baca Juga: Di Bawah Rindangnya Pohon Sukun, Buah Pemikiran Pancasila Itu Lahir
Baca Juga: Gagasan Daulat Pangan Sukarno, Lagu Pengiringnya, dan Masa Depan
Baca Juga: Apa Salah Musik-Musik Barat Seperti The Beatles di Telinga Sukarno?
Pandangan hidup atau Weltanschauung Pancasila dapat mendorong persatuan dan kesatuan. Adanya saling menghargai atas segala keberagaman, dan memandang perbedaan sebagai warna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lewat persatuan, hilangnya radikalisme dan krisis moral bangsa menjadi cita-cita bagi segenap bangsa Indonesia. Weltanschauung Pancasila adalah salah satu jawabannya.
Hanya saja, untuk menciptakan suatu Weltanschauung, masyarakat perlu pendekatan yang lebih intensif. Jerome Ashmore menyebut bahwa untuk mencipta Weltanschauung bukanlah pekerjaan mudah.
Melalui pendidikan sejak dini, anak-anak hingga remaja perlu didekatkan dengan Pancasila. Penyampaian pengamalannya harus sampai kepada mereka. Inilah salah satu cara untuk membangun lingkungan yang Pancasilais.
Menurut Ashmore, "untuk memungkinkannya, Weltenschauung bisa lahir dari iklim lingkungan yang mendukung." Maka dari itu, perlunya menciptakan lingkungan yang Pancasilais agar harapan-harapan bangsa bisa terwujud dari Weltanschauung Pancasila.