Nationalgeographic.co.id—Tema kemerdekaan kerap larut dalam perayaan saja tanpa memerhatikan pekerjaan rumah yang sebenarnya: pangan. Padahal dahulu Sukarno pernah berkata, "Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka 'malapetaka': oleh karena itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner."
Bagi Sukarno, pertanian adalah soal hidup atau mati. Ia ingin para pemuda-pemudi memiliki pangan seutuhnya.
"Aku bertanya kepadamu: sedangkan rakyat Indonesia akan mengalami celaka, bencana, mala-petaka, dalam waktu yang dekat kalau soal makanan rakyat tidak segera dipecahkan, sedangkan soal persediaan makanan rakyat ini bagi kita adalah soal hidup atau matu, kenapa dari kalangan-kalanganmu?" tanya Sukarno pada pemuda.
"Kenapa buat tahun 1951/1952 yang mendaftarkan diri sebagai mahasiwa fakultas pertanian hanya 120 orang, dan bagi fakultas kedokteran hewan hanya 7 orang?... Camkan, sekali lagi camkan, kalau kita tidak 'campakan' soal makanan rakyat ini sejahtera besar-besaran, sejahtera radikal dan revolusioner, kita akan mengalami malapetaka!" Demikian pidato Bung Besar saat peresmian Kampus IPB Baranangsiang, 1952.
Source | : | Bincang Redaksi National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR