Nationalgeographic.co.id—Bagi sebagian besar orang pasti pernah mengalami ketika ingat dengan wajah seseorang namun lupa dengan namanya. Karena umumnya mengingat wajah seseorang cenderung lebih mudah dibandingkan dengan namanya.
Secara ilmiah, otak manusia memang lebih mudah merekam gambar dibandingkan kata-kata. Tapi ternyata ada orang yang sebaliknya, mereka yang ternyata malah sulit mengingat wajah orang, kondisi itu disebut dengan aphantasia.
Ahli biologi evolusi, Robin Dunbar pernah mendefinisikannya, menurutnya aphantasia adalah kondisi yang tidak bisa memvisualisasikan pikirannya atau mengimajinasikannya.
"Setiap orang cukup akrab dengan kemampuan kita untuk merancang latar belakang apa pun dan mengambil objek dari ingatan kita untuk meletakkannya di atas kanvas, sesuatu yang biasa disebut sebagai imajinasi. Namun, ternyata, beberapa orang tidak bisa," kata Dunbar dilansir science abc.
"Kita sama, tapi yang membedakan adalah kehidupan di dalam pikiran kita, bagi mereka yang aphantasia, berimajinasi itu tidak masuk akal," kata Dunbar dilansir science abc.
Kemampuan untuk memvisualisasikan pikiran tampaknya mudah bagi banyak orang. Cobalah membayangkan pantai terpencil, bayangkan cakrawala, tepi kubah planet kita.
Matahari kemudian perlahan terbenam dengan indah dan lembayung senja semakin surut disertai dengan air yang memerah. Bunyi gemericik ombak meronta-ronta di bebatuan, bersamaan dengan bau pasir yang basah.
Nah, bagi kebanyakan orang, memvisualisasikan kondisi petang menjelang matahari terbenam di suatu pantai, bukanlah hal yang sulit. Anda pasti bisa kan melakukannya? Jika Anda tidak bisa, maka bisa jadi Anda memiliki aphantasia.
Aphantasia berasal dari kata A yang artinya "tanpa" dan phantasia. Istilah tersebut diciptakan Aristoteles yang menunjukan "Kemampuan untuk merepresentasikan mental atau pikiran" menurutnya.
Mata pikiran seperti layar proyektor di mana peristiwa penuh warna dimainkan sebagai rangkaian representasi diam atau bergerak. Sesuai dengan namanya, kondisi neurologis ini membuat seseorang tidak dapat memproyeksikan gambar di layarnya.
Menurut para ahli, sudah seharusnya untuk memberi perhatian pada fakta bahwa aphantasia bukanlah kelainan, yang didefinisikan sebagai kegagalan fungsi tubuh atau penyakit-penyakit tertentu. Ini lebih merupakan cacat neurologis yang mempengaruhi otak tanpa risiko kesehatan yang serius.
Aphantasia pertama kali dicurigai pada tahun 1880 oleh Sir Francis Galton, seorang penjelajah, antropolog dan ahli eugenika, dan sepupu dari salah satu ilmuwan fenomenal abad ke-19, Charles Darwin. Galton selalu terpesona oleh kecerdasan manusia dan melakukan eksperimen inovatif untuk mewujudkan cara kerja mesin rumit yang berbasis di pikiran kita.
Pemikirannya selaras dengan filosofi absurd, yang didukung dengan riang oleh para pengamat kritis abad ke-20, seperti Sartre dan Camus. Jika ilmu sosial atau kognitif adalah tentang menjelaskan yang tak terduga.
Baca Juga: Sanxingdui: Wajah-wajah Aneh dari Budaya Misterius Tiongkok Kuno
Baca Juga: Inilah Cara yang Paling Ampuh Untuk Membedakan Anak Kembar Identik
Baca Juga: Kenakan Anting Besar, Inilah Rupa Wajah Wanita Zaman Perunggu
Baca Juga: Doppelgänger, Alasan di Balik Wajah Kembar Meski Bukan Saudara
Galton kemudian melakukan survei untuk mengetahui berapa banyak orang yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan pikiran mereka. Anehnya, spekulasi menunjukkan bahwa 2,5 persen dari populasi di Inggris mungkin menderita kondisi ini, dengan kata lain, 1 dari 40 orang tidak bisa memvisualisasikan pemandangan di kepala mereka.
Namun, penelitian itu terbatas pada statistik dan bukan kondisi itu sendiri. Setelah kasus sporadis pasien psikiatri yang melaporkan hilangnya imajinasi secara tiba-tiba setelah kecelakaan, perhatian sekali lagi diarahkan ke topik ini.
Bagi orang dengan aphantasia, berimajinasi itu adalah hal tak masuk akal dan sulit mereka mengerti. Kondisi tersebut jugalah yang kemudian juga membuat mereka sulit untuk mengingat wajah seseorang dan bahkan orang terdekat mereka sekalipun. Mereka juga seperti sulit untuk sekedar menghitung domba sebelum tidur.