Bon Rojo Berkisah: Ruang Terbuka Hijau di Blitar dari Zaman Belanda

By Galih Pranata, Senin, 13 Juni 2022 | 11:00 WIB
Kolam di taman kota (Bon Rojo) di Blitar sekitar 1920. (KITLV)

Nationalgeographic.co.idBon Rojo di Blitar merupakan salah satu ruang terbuka hijau sejak zaman Hindia Belanda. Diperkirakan, taman ini sudah ada sejak tahun 1890 dan terus berkembang sampai saat ini.

Jeffry Dwi Kurniawan menulis dalam bukunya berjudul Bon Rojo (2022) bahwa "Bon rojo terletak di daerah bendogerit yang mana daerah tersebut menjadi pusat keramaian kota."

Jeffry menambahkan bahwa di sebelah utaranya terdapat rumah dinas burgemeester (walikota) yang dahulunya kantor Controleer perkebunan. 

Ruang terbuka hijau itu ada setelah Belanda masuk di Blitar. Taman ini berada dalam satu kompleks dengan rumah dinas bagi walikota atau burgermesteer

Batas-batas wilayahnya di sebelah timur ialah Gereja Santo Yusuf, paroki, dan sekolah HIS Katolik Blitar yang sekarang bernama SMAK Diponegoro Blitar. Di sebelah selatannya berbatasan dengan OSVIA Blitar, sedangkan di sebelah baratnya berbatasan dengan Sungai Urung-urung.

Menurut Kunto dalam buku Jeffry, disebutkan bahwa, "cuma Kota Malang, Bogor, dan Medan yang mampu menandingi kelestarian alam stadstuin (taman kota) di Blitar."

"Dalam hal kebersihan atau keresikan kota Madiun, Blitar, Makasar, dan Medan tempo dulu sangat menonjol bahkan sempat menggondol juara kebersihan kota," terusnya. Di Gemeente Blitar terdapat ruang terbuka hijau yaitu Bon Rojo yang rindang dan bersih.

Taman Kebon Rakjat (Bon Rojo) pada tahun 1960-an. (Koleksi Bappeda Kota Blitar )

Terdapat 3 versi arti nama dari Bon Rojo. Pertama, kata Bon Rojo berasal dari  Kebon Rojo bermakna kebun miliknya rojo atau taman miliknya raja. Kedua, Bon Rojo berarti kebun raya karena lafal Jawa menyebutkan huruf “J” dibaca dengan huruf “Y” sehingga pelafalannya menjadi kebun raya. Adapun versi ketiga, kebun praja atau taman kota namun dalam perkembangannya masyarakat Blitar menggunakan versi yang pertama.

Selain 3 versi penyebutan, taman ini juga disebut dengan Kebon Retjo. Disebut Kebon Retjo karena terdapat sebuah arca Ganesha dan Prasasti Kinewu yang ditempatkan di sana.

Sekitar tahun 1960-an, arca tersebut disimpan di pendopo kabupaten dan sekarang disimpan di Museum Penataran agar lebih terawat. Sedangkan arca yang terdapat di dalam taman diganti dengan arca ganesha yang baru.

Taman kota di Blitar dengan latar belakang koepel. (KITLV)

"Secara hak kepemilikan tanah, tanah ini merupakan milik gemeente Blitar, sedangkan tanah gereja merupakan tanah milik gereja setempat," tulis Jeffry.

Mulanya, dibukanya taman kota Blitar ini difungsikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda sebagai laboratorium tanaman unggulan.

Selain itu juga berfungsi sebagai tempat persemaian segala macam tanaman pohon lindung, jenis tanaman keras, tanaman hias, bunga-bungaan, dan lahan tempat membudidayakan berbagai jenis rumput atau gazon untuk meningkatkan kualitas perkebunan (onderneming) di Blitar.

Begitupun disebut dalam surat kabar Bataviaasch Niewblad terbitan 19 Desember 1907, dinyatakan bahwa "Bon Rojo adalah laboratorium tanaman unggulan sehingga disebut sebagai miniatur Kebun Raya Bogor."

   

Baca Juga: Kota Blitar dalam Nostalgia Sebungkus Roti

Baca Juga: Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Andalan PD I yang Lahir di Blitar

Baca Juga: 170 Tahun Kebun Raya Cibodas: Usaha Konservasi hingga Wisata Alam

Baca Juga: Tuan Treub, Sosok di Balik Keindahan Kebun Raya Bogor dan Silang Monas

    

Beberapa tanaman yang membuat onderneming Belanda berjaya di Blitar, tidak lepas dari proses riset yang terjadi di dalam areal taman.

Namun, selain sebagai wadah bagi kebutuhan riset agrikultur Belanda, Bon Rojo juga didirikan untuk tempat rekreasi bagi masyarakat Belanda dan masyarakat Blitar sehingga menjadi kebanggaan kota.

Selain itu, ada pula koepel yang khas dengan gaya arsitektur Belanda. "Bangunan ini dibuat oleh administraturnya untuk tempat berteduh," ungkap Jeffry kepada National Geographic Indonesia.

Menelusuri jejak koepel di Bon Rojo, tidak lepas dari posisi kolam yang mengitarinya. Keindahan taman lantas terpancar dari sana. Gaya arsitektur Eropanya telah mewarnai. Setidaknya, Bon Rojo yang sempat terlupakan zaman, telah menjadi warisan sejarah. Terlebih, menjadi kebanggan bagi rakyat Blitar.