Jejak Majapahit di Bromo: Suku Tengger dan Kehidupan Sosial-Budayanya

By Galih Pranata, Sabtu, 11 Juni 2022 | 07:00 WIB
Masyarakat yang sedang menunggu rejeki dari persembahan masyarakat suku Tengger. (Yunaidi Joepoet)

 Baca Juga: Bagaimana Panji Angreni Menggambarkan Watak Orang Jawa Semestinya?

"Prasasti Walandhit menunjukkan bahwa kawasan Bromo-Tengger-Semeru sudah berpenghuni sejak Kerajaan Majapahit masih berjaya. Oleh karena itu, adanya keyakinan bahwa nenek moyang orang Tengger adalah pengungsi dari Majapahit," sambung Ayu.

Meskipun belum tentu orang Tengger merupakan keturunan Majapahit, terdapat asumsi yang meyakini bahwa Walandhit merupakan tempat para pengungsi dari Majapahit bebaur sosial dengan orang Tengger.

Setelah gempuran Demak yang melemahkan Majapahit, banyak diantara orang Majapahit melarikan diri ke Walandhit di Bromo. Kemungkinan terdekat, mereka bertemu dengan orang Tengger dan menjalin ikatan sosial yang erat di sana.

Masyarakat yang sedang berebut rejeki berupa uang dari persembahan masyarakat suku Tengger. (Yunaidi Joepoet)

Hal itu dapat dilihat dari ritus keagamaan orang-orang Tengger yang hampir persis dengan ritusnya masyarakat Majapahit. Seperti halnya dengan upacara entas-entas.

Upacara adat ini adalah bagian dari ritus Tengger yang masih eksis. "Dalam upacara adat ini api penyucian dari Dewa Siwa dan Dewi Uma digunakan untuk menyucikan arwah manusia agar sang arwah dapat naik ke kahyangan," lanjutnya.

Sebelum diberangkatkan, sang arwah ditempatkan di dalam sebuah kuali maron yang merupakan simbolisasi dari kawah Gunung Bromo. Terlepas dari keterikatan budayanya, perkawinan sosial Tengger dan Majapahit juga jadi alasan masih adanya Majapahit di Bromo.

Hari ini, meskipun digempur arus globalisasi, rakyat Tengger tetap teguh memegang budayanya. Salah satunya, para dukun Tengger masih tetap berperan sebagai pewaris aktif tradisi Walandhit dan Majapahit," pungkas Ayu.