Ancaman Evolusi Siklus Cacar Monyet, Para Ilmuwan Mulai Buka Mata

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 11 Juni 2022 | 10:00 WIB
Lesi pada pasien penyakit cacar monyet. Akankah virus cacar monyet terus berevolusi? (Brian W.J. Mahy/CDC's Public Health Library)

Nationalgeographic.co.id - Awalnya, virus cacar monyet merupakan endemi di beberapa bagian Afrika. Pada tahun 2003, seorang gadis di Amerika Serikat menjadi orang pertama di luar Afrika yang menderita penyakit ini. Orang tuanya dan beberapa ahli kedokteran curiga bahwa penyakit ini disebabkan oleh kerabat virus cacar yang jauh lebih mematikan.

Tampaknya, penyakit ini telah menyebar dari hewan pengerat yang diimpor dari Ghana ke AS. Infeksinya menjangkit pada anjing padang rumput (Cynomys sp.) yang merupakan hewan pengerat Amerika Utara dalam penampungan.

Dengan kasus di tahun 2003, para peneliti mulai memahami bahwa virus cacar dapat tinggal di satwa liar di luar Afrika. Kemudian membentuk reservoir yang dapat menyebabkan wabah untuk manusia secara berulang.

Baru-baru ini, penyakit ini mewabah. WHO memperkirakan virus cacar monyet bisa saja menjadi pandemi berikutnya setelah COVID-19, seiring dengan bertambahnya kasus menjadi lebih dari seribu. Virus yang menjangkit hari ini membuat para ilmuwan meninjau kembali tentang siklus penyebarannya antara hewan dan manusia.

"Kita nyaris lolos dari cacar monyet yang berkembang biak dalam populasi hewan liar," kata Anne Rimoin, epidemiolog di University of California Los Angeles, AS, yang mempelajari penyakit ini di Kongo pada Science.

Ia menjelaskan, tidak ada reservoir hewan saat ini di luar Afrika, tetapi kejadian 2003 adalah seruan terdekat, terutama karena hampir 300 hewan dari Ghana dan anjing padang rumput yang terpapar belum ditemukan. Dalam survei di AS pun ia tidak menemukan adanya hewan liar yang terinfeksi, dan manusia terinfeksi yang menularkannya pada orang lain. Kekhawatiran menjadi wabah pun menghilang.

Kini, akankah negara-negara di luar Afrika akan selamat dari wabah yang baru-baru ini merebak?

Kita mengenal bahwa COVID-19, penyakit dari SARS-CoV-2, disebabkan kelelawar ke manusia, dan manusia ke manusia. Penyakit ini disebut zoonosis. Akan tetapi ada juga zoonosis 'terbalik', ketika COVID-19 juga menginfeksi beberapa hewan seperti kucing dan anjing karena begitu dekat dengan manusia.

Baca Juga: Virus Cacar Monyet: Dari Mana Asalnya dan Bagaimana Mencegahnya?

Baca Juga: Wabah Cacar yang Meresahkan, Menjangkiti Raja-Raja di Zaman Kuno