Ancaman Evolusi Siklus Cacar Monyet, Para Ilmuwan Mulai Buka Mata

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 11 Juni 2022 | 10:00 WIB
Lesi pada pasien penyakit cacar monyet. Akankah virus cacar monyet terus berevolusi? (Brian W.J. Mahy/CDC's Public Health Library)

Virus cacar monyet pun demikian punya peluang untuk menginfeksi spesies non-Afrika. Infeksi ke manusia di luar Afrika dapat membuka peluang besar baginya untuk berevolusi. "Reservoir cacar monyet pada hewan liar di luar Afrika adalah skenario menakutkan," ujar Bertram Jacobs, virolog Arizona State University yang mempelajari cacar.

Beberapa pihak kesehatan masyarakat di berbagai negara telah menyarankan, agar orang-orang yang punya lesi cacar monyet untuk menghindari kontak dengan hewan peliharaan. Para ahli pun meyakini bahwa infeksi virus cacar monyet akan menyebar ke satwa di luar Afrika disebabkan manusia, sehingga hewan harus jadi perhatian serius.

Hewan pengerat yang dipelihara jadi kekhawatiran khusus. Soalnya, kebanyakan hewan liar banyak yang terinfeksi oleh limbah yang terkontaminasi, dan mengkhawatirkan untuk menyerang dari sisi mereka yang membuka banyak peluang penyebaran.

"Kami masih kurang memahami reservoir saat ini selain hewan pengerat,” kata Grant McFadden, peneliti virus cacar yang juga berbasis di Arizona State University.

Sampai saat ini belum ada yang menunjuk dengan tepat reservoir virus cacar monyet di Afrika. Namun, menurut makalah ulasan ujicoba di jurnal Future virology tahun 2013, mengungkap eksperimen di tahun 1958, mengidentifikasinya ada pada monyet dari Asia.

Para ahli percaya bahwa primata itu menangkap virus dari sumber di Afrika. Bukti itu diperkuat bahwa penyebaran pertamanya pada manusia di Kongo (dulunya Zaire) di tahun 1970, disebabkan oleh hewan di Afrika. Sejauh ini ada enam hewan liar yang diketahui di Afrika sebagai penghasil virus: tupai tali (Funisciurus congicus), tikus Gambia (Cricetomys gambianus), celurut, dan monyet mangabey hitam (Cercocebus atys).

Untuk banyak jenis virus, hubungan antara protein permukaan virus dan reseptor sel inang seperti hubungan lubang kunci dan kunci. Ada spesies hewan mana yang bisa diinfeksi—tidak semua kunci bisa masuk ke lubang kunci.

Melansir Science, virus cacar tampaknya tidak memerlukan reseptor inang yang spesifik. Hal ini membuka peluang bagi manusia bisa terinfeksi dari virus yang menyerang hewan. Misalnya, cacar vaccinia, bahkan dapat menginfeksi lalat buah selain sapi dan manusia.

Andaikan suatu virus cacar bisa menangkis serangan kekebalan inang, mungkin dapat menggandakan dirinya sendiri dan bisa bertahan pada suatu spesies untuk membuat reservoir. Virus cacar memiliki pelengkap gen yang relatif besar, sekitar 200 yang dapat merusak setengah respons imun inang.

"Beberapa virus berjalan dan bersembunyi atau diam-diam menghindari kontak langsung dengan elemen sistem kekebalan tubuh," kata McFadden. "Virus cacar pada umumnya berdiri dan melawan."

Ragam penelitian dan kejadian wabah hari ini membuka mata para ilmuwan: ada sesuatu yang harus dikhawatirkan. Selama ini kita tidak tahu banyak tentangnya, walau penyakit cacar sudah lama dekat dengan manusia.