Dari Redupnya Lampu Minyak dan Buku, Soekarno Menjelma Negarawan

By Galih Pranata, Sabtu, 11 Juni 2022 | 13:00 WIB
Potret Soekarno tengah membaca buku dalam buku berjudul Total Bung Karno: Serpihan Sejarah yang Tercecer (2013) karya Roso Daras. (Total Bung Karno: Serpihan Sejarah yang Tercecer/Roso Daras)

Ia telah menjadi negarawan berkat pengenalannya dengan tokoh-tokoh yang ia baca dari buku-buku yang ia pinjam. Lubis menambahkan, "Bung Karno seolah sedang berbicara dengan Thomas Jefferson."

Sokarno mengutarakan, "Aku berdiskusi mengenai persoalan yang timbul antara dia (Thomas Jefferson dengan George Washington. Aku menghayati kembali perjalanan Paul Revere. Aku dengan sengaja mencari kesalahan-kesalahan dalam kehidupan Abraham Lincoln."

Soekarno muda dengan secangkir kopinya saat studi di Bandung. (Wikimedia Commons)

Hampir semua buku milik Tjokroaminoto telah ia "telanjangi." Begitupun, hampir semua tokoh besar dunia sudah ia jelajahi.

Buku-buku pemikiran karya Garibaldi dari Italia, Otto Bauer dan Adler dari Austria, Karl Marx, Frederich Engels, dan Lenin pun sudah ia kenali dengan baik. Adapun panutannya dalam berpidato, buku karya Aristide dan Jean Jaures telah digenggam dalam benaknya.

Soekarno juga mengidolakan pemikiran Voltaire dan tokoh besar dalam revolusi Prancis. Ia menyebut: "Aku benar-benar Voltaire. Aku menjadi pejuang besar dari revolusi Prancis, Danton. Seribu kali aku, seorang diri, menyelamatkan Prancis dalam kamarku yang gelap. Aku menjadi terlibat secara emosional dengan negarawan-negarawan ini."

Dalam imajinya, Soekarno benar-benar terlibat sebagai seorang negarawan lewat bukunya yang ia baca dari sudut kamarnya yang gelap. Hanya lampu minyak, jadi saksi perjalanan intelektualitas Soekarno yang dikenal kemudian membawa Indonesia ke tonggak kemerdekaan.