Padang Lawas: Kerajaan Panai yang Penting Bagi Mancanegara Purbakala

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 14 Juni 2022 | 08:00 WIB
Candi Bahal 1 di Padang Lawas, Sumatra Utara dikaitkan sebagai jejak Kerajaan Panai yang makmur di masa lalu. Kejayaan kerajaan yang diapit dua pelabuhan perdagangan internasional itu membuatnya direbut Kerajaan Chola di India dan Majapahit beberapa abad berikutnya. (Spiiiv/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Catatan Nagarakertagama menyebutkan beberapa daerah yang dikuasai oleh Majapahit, salah satunya adalah Pane (Panai). Nama kawasan itu pun disebutkan pula oleh Prasasti Tanjore di India pada abad ke-9. Isinya menginginkan kawasan Panai untuk ditaklukkan di bawah Kerajaan Chola.

Nama ini menjadi misteri bagi sejarawan tentang di mana negeri Panai itu, dan apa yang membuatnya harus ditaklukkan. Lisda Meyanti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), memperkirakan bahwa lokasi yang dimaksud kedua kerajaan itu berada di Padang Lawas, Sumatra Utara.

Pemaparan itu ia ungkap lewat makalah di jurnal AMERTA pada Juni 2019. Dia menjelaskan, alasan Padang Lawas sebagai "Kerajaan Panai" karena ditemukan prasasti yang juga menyebutkan kata Panai di sana. Prasasti itu pun dinamai Panai yang ditemukan di Komplek Candi Padang Lawas.

"Banyak peneliti yang berusaha menemukan lokasi Panai seperti yang tertera pada prasasti yang disimpan di India itu, tetapi bukti yang mereka kemukakan berupa tulisan asing dan benda (artefak) yang berasal dari daerah lain," tulis Lisda. Prasasti bertuliskan sepuluh baris itu mendeskripsikan kawasan sekitarnya, sehingga lebih kuat untuk memberikan kesaksian.

Prasasti Tanjore di India menyebut Panai sebagai kerajaan yang diapit oleh sungai-sungai dan dipagari oleh pegunungan. Dalam bahasa Tamil di India selatan, tempat Kerajaan Chola pernah berdiri, Panai berarti tanah pertanian.

Lisda berpendapat, dari uraian prasasti itu dapat diasumsikan bahwa Panai adalah wilayah atau kerajaan yang punya dermaga sungai dan pegunungan. Kondisi itu serupa dengan lokasi prasasti Panai yang dilalui dua sungai (Sungai Batang Pane dan Sungai Barumun).

Saat ini, kedua sungai itu dimanfaatkan sebagai pertanian, makanan, dan transportasi. Kondisi akan sesuai dengan deskripsi prasasti Panai itu sendiri yang menyebut aktivitas dan pemanfaatan sungai semasa kejayaannya.

Bukti pun diperkuat oleh Nagarakertagama yang menyebut "Pane" di pupuh ke-13. "Teks tersebut menyatakan bahwa beberapa wilayah yang berada di bawah kekuasaan Malayu telah tunduk dan menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit," tulisnya.

"Meskipun tidak secara langsung digambarkan lokasi Panai, dapat disimpulkan bahwa letak Panai tidak berjauhan dari Sumatra Barat (Minangkabwa), Riau (Siyak, Rekan, Kampar), dan daerah sekitar Padang Lawas (Lwas, Mandahiling, Barus, Parlak)."

Dia mendeskripsikan bahwa Kerajaan Panai punya dua pintu gerbang pelabuhan, yakni Labuhan Bilik di pantai timur dan Barus di pantai barat. Sehingga, bisa jadi Padang Lawas purbakala lebih subur dibandingkan sekarang. Negeri ini dikenal kaya akan hasil bumi, hasil hutan (kapur barus), dan ternak.

Ada banyak tinggalan arkeologis di sekitar temuan prasasti, termasuk candi Hindu-Buddha dari abad ke-11 sampai 14 dan prasasti Lokanatha berarca. Bangunan candi disebut oleh masyarakat setempat sebagai 'biaro'. 

   

Baca Juga: Gambar Cadas Purbakala di Sulawesi Terancam Rusak oleh Perubahan Iklim

Baca Juga: Situs Bongal Singkap Jejak Perdagangan Zaman Romawi di Nusantara

Baca Juga: Kapur Barus, Cerita Rempah dari Kedatuan Sriwijaya Kian Pupus

Baca Juga: Kota Cina, Bandar Penting Ketika Sriwijaya Surut. Di Manakah Itu?

    

"Hanya masyarakat yang kaya dan makmurlah yang mampu membangun candi, seperti di Padang Lawas," tulis Lisda. "Kemungkinan besar Panai adalah nama asli Padang Lawas. panai seharusnya terletak di kawasan Padang Lawas."

Lokasinya yang juga dekat dengan pesisir barat Sumatra, Padang Lawas di masa lalu jadi terhubung dengan kebudayaan luar. Ery Soedewo dari Kantor Arkeologi Sumatra Utara, dalam laporan sebelumnya, mengatakan Bongal di pesisir barat Sumatra adalah kawasan kosmopolit yang tidak kalah dengan Barus.

Di Bongal, terdapat jejak budaya dari negeri jauh seperti Tiongkok, India, bahkan Romawi. "Data interaksi itu tidak hanya ditemukan di Bongal saja. Itu kita sampai temukan di pedalaman Mandailing Natal, bahkan sampai Padang Lawas," urainya.

"Artinya, interaksi pendatang dengan orang asli Sumatra sudah terjalin tidak hanya jalur pesisir tapi sampai pedalaman."

Dengan kata lain, Panai atau Padang Lawas cocok untuk dilirik kerajaan lain untuk direbut. Pasalnya, kawasan pantai barat dan timurnya adalah titik vital pelabuhan perdagangan bertaraf internasional.